Terbaru · Terpilih · Definisi · Inspirasi · Aktualisasi · Hiburan · Download · Menulis · Tips · Info · Akademis · Kesehatan · Medsos · Keuangan · Konseling · Kuliner · Properti · Puisi · Muhasabah · Satwa · Unik · Privacy Policy · Kontributor · Daftar Isi · Tentang Kami·

Prinsip-prinsip dalam Memilih Media Pembelajaran

Prinsip-Prinsip dalam Memilih Media Pembelajaran



Memilih media yang terbaik untuk tujuan instruksional bukan pekerjaan mudah. Mengingat media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Seringkali seorang pendidik bukannya mengkaji secara sistematik kelebihan dan kelamahan berbagai jenis media dalam proses pembelajaran, melainkan mereka hanya memilih media hanya didasarkan pada faktor-faktor luar seperti nilai guna media bagi pendidik dalam mengajar, ketersediaan media dan kelayakan pakai media pembelajaran. Dengan  beraneka ragamnya jenis media tersebut (sebagaimana yang telah dipaparkan penulis sebelumnya), maka masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu pemilihnya dilakukan dengan cermat dan tepat agar dapat digunakan secara tepat guna. Yusufhadi Miarso berpendapat bahwa tidak ada satupun cara yang terbaik dalam hal pemilihan media pembelajaran. Jarang sekali adanya keputusan yang terbaik, biasanya pemilihan media dilakukan dengan suatu kompromi.[1] Maka kelompok kerja guru mata pelajaran  sangat berperan untuk berdiskusi dan menyamakan presepsi dalam penggunaan media pembalajaran pada mata pelajaran tertentu. Karena sudah pasti ada mata pelajaran yang membutuhkan media pembelajaran tersendiri  di mana media itu tidak bisa digunakan untuk mata pelajaran lainnya. Oleh sebab itu dalam memilih media pembelajaran ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, antara lain yaitu:
a.  Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam penetapan media harus jelas dan operasiaonal, spesifik dan benar-benar tergambar dalam bentuk perilaku (behavior).



b. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih media sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran siswa.
Perlu ditekankan penulis di sini bahwa dalam setiap media pembelajaran memiliki keunggulan masing – masing, maka dari itulah guru diharapkan dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan pembelajaran. Dengan harapan bahwa penggunaan media akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu :
a. Harus ada kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media pembelajaran. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih khusus lagi, apakah untuk pembelajaran kelompok atau individu dan apakah sasarannya siswa masyarakat pedesaan ataukah masyarakat perkotaan.
b. Karakteristik Media Pembelajaran (familiaritas media), Setiap media pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara pembuatan maupun cara penggunaannya.
c. Alternatif Pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan atau dikompetisikan. Dengan demikian guru bisa menentukan pilihan media pembelajaran mana yang akan dipilih, jika terdapat beberapa media yang dapat dibandingkan. [2]
Selain yang telah penulis paparkan di atas, prinsip pemilihan media pembelajaran menurut Harjanto yaitu tujuan, keterpaduan (validitas), keadaan peserta didik, ketersediaan, mutu teknis, biaya. Beliau juga menekankan bahwa tidak ada satu mediapun yang sifatnya bisa menjelaskan semua permasalahan atau materi pembelajaran secara tuntas. [3] Oleh karena itu dalam memilih media harus melihat keadaan dan kemampuan guru, sekolah dan peserta didik dalam mengplikasikan media pembelajaran. Kehadiran pendidik dalam proses pembelajaran dan posisi pendidik tidak bisa tergantikan oleh media pembalajaran apapun kecuali pendidik itu terlibat langsung sebagai media pembelajaran tersebut. Karena  pendidik adalah penjelas, pengarah dan memahamkan maksud dan tujuan apa yang ada dalam media pembelajaran tersebut.
Prosedur pemilihan media sebagaimana yang dikemukaka oleh Arif S Sadiman yang dikutip oleh Asnawir dan Basyirudin Usman bahwa ada 3 model yang dapat dijadikan prosedur dalam pemilihan media yang akan digunakan, yakni: 1). Model flowchart, model ini menggunakan sistem pengguguran (eliminasi) dalam pemutusan pemilihan. Biasanya terjadi pada media jenis jadi/sudah tersedia (by utilization) dan pendidik hanya tinggal menggunakannya, 2) Model matrik, berupa penangguhan proses pengambilan keputusan pemilihan sampai seluruh kriteria pemilihannya diidentifikasi. Biasanya digunakan pada media jenis rancangan (by design), 3). Model checlist, yang menangguhkan keputusan pemilihan sampai semua kriterianya dipertimbangkan. Biasanya digunakan pada media jenis jadi maupun rancangan.[4]
Selain masalah ketertarikan siswa terhadap media, keterwakilan pesan yang hendak disampaikan guru juga hendaknya dipertimbangkan dalam pemilihan media. Setidaknya ada tiga fungsi yang bergerak bersama dalam keberadaan media. Pertama¸ fungsi stimulasi yang menimbulkan ketertarikan untuk mempelajari dan mengetahui lebih lanjut segala hal yang ada pada media. Kedua, fungsi mediasi yang merupakan perantara antara guru dan siswa. Dalam hal ini, media menjembatani komunikasi antara guru dan siswa. Ketiga, fungsi informasi yang menampilkan penjelasan yang ingin disampaikan guru. Dengan keberadaan media, siswa dapat menangkap keterangan atau penjelasan yang dibutuhkannya atau yang ingin disampaikan oleh guru.[5] Faktror lain yang harus diperhatikan oleh pendidik dalam pemilihan media menurut Arif. S. Sadiman di antaranya adalah “karakteristik siswa, strategi pembelajaran, organisasi kelompok besar, alokasi waktu pembelajaran, sumber belajar yang tersedia serta prosedur penilain.”[6]
Fungsi stimulasi yang melekat pada media dapat dimanfaatkan guru untuk membuat proses pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Kondisi ini dapat terjadi jika media yang ditampilkan oleh guru adalah sesuatu yang baru dan belum pernah diketahui oleh siswa baik tampilan fisik maupun yang non-fisik. Selain itu, isi pesan pada media tersebut hendaknya juga merupakan suatu hal yang baru dan atraktif, misalnya dari segi warna maupun desainnya. Semakin atraktif bentuk dan isi media, semakin besar pula keinginan siswa untuk lebih jauh mengetahui apa yang ingin disampaikan guru atau bahkan timbul keinginan untuk berinteraksi dengan media tersebut. Jika siswa mendapatkan suatu informasi atau pengalaman berharga dari media tersebut, di sinilah titik sentral terjadinya belajar. [7]
Penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam memilih media pembelajaran hendaknya dilakukan secara selektif, jeli, telaten dan membutuhkan prosedur serta memerlukan waktu. Karena pada hakikat pemilihan media pada akhirnya adalah keputusan untuk memanfaatkan, tidak memanfaatkan, atau mengadaptasi media yang bersangkutan. Sebagaimana di ungkapkan oleh Ronald Anderson bahwa pemilihan media seharusnya berdasarkan pada sesuai-tidaknya media itu dengan macam-macam latar belakang, umur, kebudayaan, kemampuan produksi, fasilitas dan anggaran. Yang pada akhirnya keputusan pemilihan media harus disaring lagi melalui ’tes pengembangan’. Hasil tes inilah yang akan menentukan apakah media yang dipilih itu diterima untuk dimanfaatkan, direvisi, atau bahkan dites lagi.[8] Selain itu untuk pihak sekolah dan pendidik harus lebih sabar dalam mempergunakan media pembelajaran yaitu tidak telalu terburu nafsu untuk mendapatkan hasil  yang instan dari penggunaan media tersebut, tapi lebih menekankan pada proses. Tentunya penggunaan media pembelajaran di sekolah maupun luar sekolah tidak malah menjadikan degradasi prestasi pada siswa atau pendidik itu sendiri, karena media pembalajaran tidak hanya bisa di terapkan di dalam kelas akan tetapi pemanfaatan media juga bisa dilakukan di luar kelas atau di luar jam pelajaran. Oleh karena itu pendidik selaku penanggung jawab terlaksananya proses dan hasil pembelajaran harus mengetahui secara benar manakah media yang cocok untuk materi pembalajaran yang sedang diajarkan dan manakah media yang cocok untuk diterapakan di dalam lokal (kelas) maupun luar lokal/kelas.
Penulis juga mengasumsikan bahwa pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi pelajaran. Meskipun menyajikan materi pelajaran memang merupakan bagian dari kegiatan mengajar, tetapi bukanlah satu-satunya. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai media pembelajaran yang ada. Karena Guru hanya merupakan salah satu (bukan satu-satunya) sumber belajar bagi siswa. Selain guru, masih banyak lagi sumber-sumber belajar yang lain.
Guru sebagai seorang pembaharu diharapkan dapat menjadi motor penggerak (motivator) di daerah kerjanya, serta menjadi pelopor perkembangan masyarakat. Hal demikian sesuai dengan fungsi sekolah yaitu sebagai wadah pembaharuan dan perubahan sosial, dengan asumsi pembaharuan bisa terjadi dengan segera apabila kompetensi guru untuk memanfaatkan pembelajaran modern (khusunya teknologi informasi) diharuskan sangat mumpuni, karena era saat ini adalah era pembaharuan dari tradisional ke era informasi. Oleh karena itu seorang pendidik harus mampu memanfaatkan media pembelajaran dari yang sederhana hingga yang fleksibel, dari yang mulai media tradisional hingga media modern, sehingga kemampuan tersebut bisa mengantarkan peserta didiknya dapat mengimbangi perkembangan masyarakat khusunya  di sekitarnya dan pada umunya masyarakat dunia  yang lebih dahulu melesat teknologi informasinya. Berdasarakan analisis penulis di atas, maka seorang pendidik harus mempelajari dan mencari ilmu pengetahuan terbaru sesuai dengan keadaan gejolak perkembangan masyarakat  yang kemudian diaplikasikan di daerah kerjanya.




[1]Ronald Anderson, ”Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran”, dalam Selecting and Developing Media for Instruction, ed.Yusufhadi Miarso et.al. (Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada, 1994), XI.
[2]Rahardjo, Teknologi Komunikasi 62-63.

[3]Harjanto, Perancanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 238-239.

[4]Sabri, Strategi Belajar Mengajar, 127.
[5]Mohammad Fadil, “Pemanfaatan Media”, diakses tanggal 13 Juni 2009, pukul 18.59 WIB.
[6]Arief S. Sadiman, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatanya (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002), 81.
[7]Mohammad Fadil, “Pemanfaatan Media”, diakses tanggal 13 Juni 2009, pukul 18.59 WIB.
[8]Anderson, ”Pemilihan dan Pengembangan”, 16




Baca tulisan menarik lainnya: