Landasan Dasar Pemanfaatan Media Pembelajaran
4. Landasan Dasar Pemanfaatan Media Pembelajaran
Dasar penggunaan media pembelajaran
adalah bahwa belajar merupakan salah satu proses pengalaman, semakin dekat
peserta didik pada objek materi pelajaran, maka semakin melekat kesan yang akan
timbul di dalam ingatannya terutama untuk objek yang tidak akan bisa dijangkau
oleh panca indra atau membutuhkan waktu lama untuk menjangkaunya. Oleh karena
itu, untuk menanamkan kesan yang lebih mendalam guru dituntut bisa memberikan
sebuah materi yang bersifat menghibur, seperti game atau ice breaking dan
memberikan sesuatu yang baru sehingga dapat menarik minat peserta didik untuk
fokus dalam mencermati materi pembelajaran yang disampaikan melalui media
tersebut. Sehingga tujuan penggunaan media tercapai secara efektif dan efesien,
tidak hanya sekedar memakai. Akan tetapi
mengetahui prosedur, system dan pemenfaatan media pemelajaran tersebut
secara benar dan profesional. Di sinilah guru dituntut untuk mengetahui alasan
dasar penggunaan media pembelajaran, bukan hanya karena faktor gengsi,
intervensi dari pihak lain atau gagah-gagahan semata. Pernyataan penulis di atas
diperkuat oleh pendapat Zakiyah Daradjat bahwa di dalam pemanfaatan media
pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip di antaranya:
a.
Penggunaan media pengajaran
hendaknya dipandang sebagai bagian yang integral dari suatu sistem pengajaran
dan bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang
digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu dibutuhkan.
b.
Media pembalajaran hendaknya
dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah
yang dihadapi dalam proses pembelajaran.
c. Guru hendaknya benar-benar menguasai
teknik-teknik dari suatu media pengajaran yang digunakan.
d. Guru seharunya memperhitungkan untung
ruginya pemanfaatan suatu media pembelajaran.
e. Penggunaan media pengajaran harus
diorganisir secara sistematis bukan sembarang menggunakannya.[1]
Telah
banyak kita jumpai di dunia pendidikan bahwa seorang pendidik membiasakan untuk
memakai media pengajaran yang telah disediakan oleh suatu sekolah untuk
membantu dalam mempermudah menyampaikan pembelajaran atau menurut bahasa kiasan
penulis adalah untuk memanjakan pendidik dalam mengajar. Sehingga pemakaian
media tersebut tidak dilandaskan pada pertimbangan kebutuhan dan karakteristik
siswa atau kesesuaian dengan materi yang akan disajikan dengan tujuan yang akan
dicapai. Sebagai contoh; seorang pendidik yang terbiasa memakai Over Head Projector
(OHP) karena di sekolah tersedia alat itu untuk mengajar, sehingga ia cenderung
untuk menggunakan dengan pertimbangan
yang sederhana bahwa media tersebut sangat membantu pendidik dalam menyampaikan
materi pembelejaran, dan pendidik tidak bersusah payah untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang mungkin tanpa media
OHP tersebut akan memeras tenaga pendidik. Nampak jelas bagi orang awam atau
orang yang tidak tahu materi pembelajaran yang disampaikan seperti apa,
penggunaan OHP tersebut akan terlihat dan terkesan mempunyai nilai lebih jika
dibandingan dengan metode ceramah. Pertimbangan semacam itu perlu dikaji
kembali, karena hal tersebut tidak didasari atas pertimbangan pada prinsip pemilihan
kriteria-kriteria media yang logis dan benar, walaupun pendidik sangat ahli dan
pintar dalam menyampaikan pesan melalui media OHP tersebut.
Kemungkinan-kemungkinan penggunaan media pembelajaran semacam itu besar resiko
kesalahannya atau mungkin tidak mencapai sasaran yang diharapkan.[2] Karena penggunaan media pembalajaran
tersebut hanya difungsikan sebagai alat mempermudah pendidik dalam mengajar
saja.
Dalam
pemanfaatan media pembelajaran untuk merajut interaksi antar pelaku pembelajaran
yang harmonis, menurut penulis perlu adanya sebuah tekanan psikologis dalam
menanamkan kesadaran yang murni untuk pemanfaatan media pembelajaran, dalam hal
ini semuanya harus mempunyai peranan, yang mana pemanfaatan media pembelajaran
tidak hanya berlandaskan egoisme dan keterpaksaan belaka. Melainkan untuk
membangun kohesivitas (kelekatan), membangun
kesadaran secara sistematis, masif dan prosedural untuk menggunakan media
inilah yang sangat sulit. Karena banyak pendidik yang masih malas dan ’ogah-ogahan’
menggunakan media secara optimal terutama media modern, dan hampir 50% lebih
pendidik di Indonesia masih enjoy dengan metode ceramah. Saat inilah
tugas pendidik menjadi contoh untuk mengawali pemanfaat media pendidikan
diseluruh lingkup lembaga pendidikan, hingga semua pelaku proses pendidikan
dapat mengikuti jejak guru.
Terima kasih telah membaca tulisan kami berjudul "Landasan Dasar Pemanfaatan Media Pembelajaran"
Posting Komentar
Berkomentar dengan bijak adalah ciri manusia bermartabat. Terima kasih atas kunjungannya di *Banjir Embun*