.Oleh: A. Rifqi Amin (Penulis buku)
EPISODE I DAN II DIBUAT SEKITAR TAHUN 2008.
EPISODE III DAN SELANJUTNYA DIBUAT 2010-AN KE ATAS.
BARU DIPOSTING KE BANJIREMBUN.COM Tahun 2012.
Khusus untuk nama Heni merupakan nama sebenarnya. Nama mantan gebetan penulis saat SMA. Nama tersebut ia abadikan dalam cerita.
Watak dan kondisi tubuh tokoh dalam cerita ini:
1. Jonathan: pemalu, mudah naik darah, sulit berkomunikasi terutama pada perempuan (tak ayal dalam cerita ini dia sempat dicap homo), tekun, rajin, berkomitme terhadap suara/pilihan hatinya, dan lain-lain. Tubuhnya tinggi agak besar, berwajah ndeso, rambut lurus, dan kulit sawo matang.
2. Roni: pemberani, percaya diri, supel, suka membantu, royal pada teman, peduli, dan murah senyum. Tubuhnya proposional, agak atletis, berkulit putih, dan rambut bergelombang.
3. Heni: Tidak manja, supel, mudah bergaul, terlihat tegar, dan bisa diajak berjuang. Tubuhnya langsing, putih, bermata sipit, dan berambut lurus panjang.
EPISODE
I
1
Kediri.
Senin, 28 Januari 2008
Namaku adalah Jonathan, hari ini 28
Januari 2008 bertepatan dengan hari Senin. Jam persis menunjukkan pukul 07.31 WIB. Aku masih berjalan sendiri menyusuri tepi jalan raya. Diiringi bisingnya rentetan deru kendaraan. Meski sebenarnya kali ini tak seramai pagi tadi. Udara yang
kuhirup pun masih tetap menyesakkan dada. Tapi ketika aku teringat kejadian itu
membuat dada ini lebih sesak dan menyakitkan.
Aku adalah mahasiswa semester V
di salah satu Perguruan Tinggi Kota Tahu tidak lain adalah Kediri. Roni adalah
sahabat karib terbaik yang selalu mendengarkan dan mengomentari curhat dariku. Kami adalah aktivis organisasi mahasiswa ekstra kampus. Dia oleh teman-teman
organisasi dijuluki sang petualang cinta. Banyak cewek yang takluk di tangannya.
Sebagai pengurus organisasi dia sangat
berjasa dalam merekrut kader-kader baru. Terutama para cewek yang selalu
terperangah dengan ketampanannya. Perekrutan kader itu telah kami lakukan 3
bulan lalu. Heni, Meta, Luluk, dan Ana merupakan jajaran cewek yang paling
cantik diantara cewek-cewek cantik yang menjadi korban rayuannya untuk masuk
organisasi.
Kak Steven, Sarjana muda yang bulan
kemarin telah diwisuda. Dia adalah Sang Ketua organisasi, sosok yang sangat
disegani oleh teman-teman pengurus. Di kampuspun selain mendapat predikat
terpuji dengan nilai IPK 3,55, dia juga menjadi sorotan postif para dosen. Ia juga jadi panutan bagi aktivis Organisasi Mahasiswa Intra Kampus (OMIK) kala itu.
Dan tak terasa, ternyata lamunan ini telah menghantarku hingga langkah sudah
mendekati Sekretariat Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (OMEK) yang kuikuti. Ketika aku hendak merebahkan tubuhku dibangku teras sekretariat, ada suara datang menyambutku.
”Kak, habis dari mana?” Sahut Dede kader
baru yang kelihatannya bisa meneruskan perjuangan misi organisasi ini.
”Oh kamu to De, baru jalan-jalan.” Sahut
aku dengan malas.
”Jalan-jalan kemana Kak?” Tambahnya tidak
terima jawaban itu saja. Tambah males aku jawab ”Jalan-jalan dari Swalayan!,
oya kamu tahu Kak Roni di mana?”
Dia membalas jawabanku dengan selorohan
”Biasa kak Roni lagi ’meeting’ dengan cewek-cewek di Kampus.”
Dengan melerik Dede aku berseloroh ”Waduh!
kagak bosan-bosannya si petualang cinta itu selalu melakukan agresinya!” Semoga
itu tidak ditiru oleh kader cowok temen-temennya Dede.
Penghuni tetap sekretariat organisasi kami
adalah Kak Steven, Dede, Roni, Anton, Kak Fahad (pengurus semester VII), Kak
Maikel (pengurus semester VII), Fredi (Kader baru), Yulio (kader baru), Andre
(temanku satu jurusan) dan aku sendiri. Tetapi sekretariat organisasi kami juga
sering dijadikan tempat menginap bagi anggota lain diorganisasi ini. Terutama saat ada event kegiatan besar atau sedang rapat dan kegiatan lainnya.
Sekretariat
organisasi. Rabu, 30 Februari 2008
....Betapa aku mencintaimu dengan
sepenuh hatiku.......
”Anton Gede’in volumenya ini lagu kesukaan
gue!” Teriak Roni kepada Anton kader yang telah dia rekrut tiga bulan lalu.
”Ini mah juga lagu kesayangan Anton Kak.”
”Tolong
dikecilin dikit volume Radionya!” Perintah Kak Steven. ”Iya lagian pagi-pagi
buta gini puter musik.” Komentar Dede.
”Ron! Inikan waktumu membersihkan
sekretariat...” Teriakku memecah keheningan dan lamunannya...
”Tega banget kamu Nathan, lagi ngelamunin
Heni kamu ganggu...”,
”Heni siapa Ron?” Tanyaku
”Kader baru kita yang cantik ituloh....!”
”Yang mana?” Aku kerjain dia dengan
bertanya terus padahal aku sudah tau tentang Heni.
”Dia berwajah oriental, chinnes .. yang
minggu kemarin ikut kajian dengan membawa mobil dan memboyong teman-temannya”
”Oh yang itu…” Jawabku
”Makanya jangan jadi penakut, dengan cewek
selalu menghindar. Sampai kapan yang namanya Jonathan akan berubah?” Ejeknya
kepadaku.
“Yang namanya Nathan tidak akan pernah
berubah mungkin, tetap pilih-pilih!” Tambah Andre yang lansung nimbrung begitu
saja. Membuatku terpancing tuk terus membicarakan yang namanya cewek.
“Sebenarnya gue tu…kagak pilih-pilih atau
takut dan jijik pada cewek, tapi gue belum berani menghadapi resiko jika sudah
terlalu dekat pada mereka …….waduh mungkin bisa makan HATIIIIII!!”
”Dari dulu kamu tuh ngomong aja..., mana
buktinya? Tunjukin dong pada kami!” Tantang Roni pada ku.
“Iya…..(sambil menggumam) sudah tujuh
puluh satu kali kamu berbicara seperti itu……,” Tambah Andre. Sejenak kemudian
Andre bertanya yang membuatku terhentak.
“Nathan, banyak kader kita yang cantik,
kamu dekati aja mereka. Menyelam sambil minum air, mencari kader juga dapat
pacar!!!!!!”
”Ini kuberikan seluruh data lengkap kader
baru kita, mulai nomer telepon, alamat rumah, tanggal lahir, dan karakter
psikologis semua ada di data ini!,” Tawar Roni kepadaku. Kemudian Roni
menerangkan:
”Heni, alamat rumahnya Jl. Insan Akademis
no. 5 Perumahan Elit Kediri Indah, tanggal lahir Jakarta, 5 Mei 1989, karakter
psikologis yang telah saya pelajari dari test masuk organisasi 3 bulan lalu dan
dari selama ini dia beraktivitas di Kampus. Dia itu orangnya supel, tidak
pilih-pilih teman laki-perempuan, kaya-miskin. Semua dia jadikan teman, asal
baik hati. Kabar baiknya dia sangat suka pada organisasi kita ini, ya karena
orang tua diakan Alumni kita juga. Nomer telepon lihat sendiri dan jika ingin
tahu semua tinggal lihat saja di sini” Tangan Roni menyodorkan buku data
anggota itu padaku.
”Wah reputasi sang petualang cinta ternyata
sulit untuk surut, yang telah kamu sandang selama ini Ron!, kamu tahu sampai
sedetail ini... Hebat bangets..!” Pujiku padanya.
”Oya..... nanti kita jam 1 siang ada rapat
lho.......! kamu lupa gak?” Aku sengaja membelokkan tema omongan ini.
”Ya jelas nggak lah itukan kewajiban kita,
kalau Andre aku tidak tahu, diakan akhir-akhir ini sering pulang dan bolos
kuliah!!” Sambil melirik, Roni mengkritik Andre.
Tampak mengakui kebenaran perkataan itu
Andre kemudian menjelaskan semuanya ”Ya...ya aku salah, tapi omong-omong rapat
apa nanti?” Andre penasaran
”Rapat bagaimana biar para pengurus tidak
ngejomblo, kan brand image kita selama ini organisasi para pecinta.”
Sindir Roni padaku.
”Rapat nanti intinya ngomongin tentang
perpindahan komisariat dan mengkritisi pola pengkaderan kepengurusan kita
selama ini, begitu kata Kak Steven tadi.” Aku meluruskan omongan Roni.
Usai rapat yang sangat melelahkan dan
menguras pikiran itu, kemudian pada pukul 5 sore aku pergi ke kamar mandi. Dan
Roni setelah Maghrib langsung keliling Kost-kostan cewek. Seperti biasa
tebar pesona. Kalau aku sendiri langsung memegang buku tulis ’khususku’ yang
berisi hasil rapat, perencanaan, manajeman dan isi curhatku pada Tuhan. Lantas kugoreskan tinta pada kertas kuning buku kesayanganku ini. Kutuliskan
perasaanku:
”Tuhan, aku tahu!
Diri
ini bukan makhlukmu yang paling sempurna
Tapi aku juga tahu aku adalah lelaki biasa
yang membutuhkan cinta”
”Tuhan,
ingin hati ini menggapai bidadarimu yang bertebaran di permukaan bumi ini. Tapi
mengapa aku sampai sekarang masih ragu memutuskan jalan hidup cintaku”
”Cinta........... dimanakah kau berada,
JONATHAN kenapa kamu tak mengambil
keputusan...........!
Akankah kamu jomblo seumur hidup”
ha...ha....
Di
Perpustakaan Kampus. Kamis, 31 Januari 2008
Aku duduk di jajaran kursi yang tak
ditempati sambil membaca buku komputer yang paling aku gandrungi. Halaman-demi
halaman telah aku baca....
Lalu di meja sebelah selatan aku tak
sengaja mendengar omongan gengnya Daryus.
”Dari dulu sampai sekarang Jonathan sulit
untuk berubah, ’GR’-nya dan ’PD’-nya itu....Waduh mungkin muka tembok dia
ya.....!” Aku mendengar celoteh Daryus mahasiswa semseser VII yang lagi ngobrol
ama teman-teman se-gengnya.
”Iya mungkin dia akan tetap Jomblo seumur
hidup, dari dulu hanya omong belaka bahwa dia dikagumi cewek-cewek....sakit
jiwa kali dia.” Sahut teman Daryus.
Temannya
yang lain tidak mau ketinggalan menambahi.
”Mungkin dia tidak normal, jaman sekarang
tidak pernah pacaran sama sekali? Homo kali dia!”
Amat marah aku mendengar perkataan mereka,
untung ada Meta kader baru yang ada disamping dan meredam kemarahanku dengan
menarik tanganku, untuk mencegah aku bangkit dari tempat duduk lalu meninju
Daryus dan anggota gangya yang bermulut ‘cewek’ itu.
“Udah Kak… jangan ladeni mereka, mending
lanjutin baca buku…!” Meta menenangkanku.
”Iya...iya.....jangan khawatir!” Jawabku
singkat. Untung ada Meta hingga aku bisa kendalikan diri.
”Kamu sama siapa Met?”Tanyaku dengan
sedikit gugup
”Sama Heni dan Ana kak, mereka lagi di
lantai bawah main internet di ruang komputer, ayo kak kita kebawah saja! Gawat
kalau terus disini.” Ajak Meta.
”Iya kamu duluan! Ntar aku susul.”
”Beneran kak, jangan buat gaduh di
perpustakaan ya Kak!” Mintanya padaku
”Iya........iya....., kaderku yang paling
baik hati!”
Aku lantas menghampiri gang Daryus yang
sebenarnya mereka tidak baca buku di perpus tetapi ngobrol. Kebetulan ruang ini
ber-AC yang membuat mereka ketagihan tuk berdiskusi hal yang tak penting itu.
”Ini dia orang yang kita omongin tadi
sudah datang, lihat postur tubuhnya mendukung sekali untuk..........” Daryus
mencoba memancing kemarahanku.
”Untuk apa...?”
”Wah semua anggota organisasimu mungkin
semuanya kayak kamu ini.......” Daryus berhasil membuat aku naik pitam, tapi
aku bisa menahannya.
”He...para pemilik mulut ’cewek’....kalau
ngomong diatur, jangan campurkan urusan masalah perbedaan ideologi organisasi
kita, dengan urusan pribadi seseorang dong!”
”Maksudmu apa JO...? lagian kamukan memang
tidak pernah pacaran, jangan-jangan kamu memang benar-benar gay?” Daryus
mencing emosiku.
”Lagian memang benar organisasimu tu...tak
pantas ada di kampus ini” Tambah teman Daryus yang lain.
”Heh Kalau kamu tidak terima perkataan
kami ntar di luar kita selesaikan masalah ini, di Gang Pena seperti biasa.
Kalau perlu ajak teman-temanmu yang sok aktivis itu!” Tantang mereka.
”Tidak usah bawa nama organisasi, ini
masalah pribadiku dengan kalian si Mulut cewek. Aku akan datang ke Gang Pena
sore ini jam 3 sore tepat, sendirian!!”
Setelah menerima tantangan mereka, aku
menghampiri Meta ternyata disana juga ada Heni dan Ana kader baru, mereka
adalah harapan teman-teman pengurus tuk meneruskan misi organisasi kami.
”Apakabar Kak...?” Sapa Heni padaku
”E...e..e....eee .....kabar baik” Aku
sedikit grogi berat padanya.
”Kak entar ada kajian nggak?” Tanya Ana
basa basi.
”Iya nanti ada kajian kok, seperti biasa
setiap hari Kamis, Meta.... semuanya aku pergi dulu ya....!” Pamitku pada Meta,
Heni dan Ana.
Hati ini rasanya berdebar keras bisa
mendekati cewek cantik seperti mereka, tapi rasanya menyesal juga aku pergi
dari mereka, padahal pamitan tadi untuk menghindarkan grogi dihadapan mereka.
Andai memungkinkan berlama-lama pun aku mau sekali tapi sudah dari kecil aku
suka grogi terutama didekat cewek.
Sempat terbesit di perasaanku atas
tantangan Daryus dan teman-temannya tadi, aku langsung saja pulang jalan kaki
ke sekretariat organisasi. Aku tidak mau menceritakan masalah tadi dengan
teman-teman karena aku kira itu adalah masalah pribadiku bukan masalah antar
Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (OMEK). Bisa runyam urusan andai terjadi
peperangan besar antar organisasi dan menelan korban luka bahkan korban
meninggal dunia akibat masalah pribadiku. Walaupun menurutku ini tidak fair,
kuduga mereka membenciku karena aku menjadi anggota organisasi yang berbeda
dengan meraka.
Waktu menunjukkan pukul 12.00 WIB aku dan teman-teman pengurus
membersihkan sekretariat karena sebentar lagi teman-teman, terutama kader baru
akan datang untuk mengikuti kajian tentang Internet yang akan disampaikan oleh
Dosen Komputer Kampus kami. Tak ku duga Sebuah mobil mewah mulai datang dan
memarkir mobil di halaman depan. Heni, Meta, Ana dan Luluk turun dari mobil
berharga ratusan juta itu. Kak Steven menyambut mereka dengan senyuman
wibawanya.
”Silakan .... semuanya duduk disini dulu,
sambil menanti teman-temannya yang lain datang!”
”Terimakasih kak Steven, tempatnya bersih
ya guys?” Puji Heni membalas sopan santun Sang Ketua itu dengan bertanya pada
Meta dan lainnya.
Aku pun setelah menampakan diri pada
mereka semua di depan halaman, lantas aku langsung ke dapur mempersiapkan
konsumsi bersama Andre dan lainnya. Hati ini hancur rasanya, walaupun dia
berada di dekat tapi tak bisa PDKT dengannya. Untuk meredam perasaanku aku
bergurau saja dengan teman-teman di dapur. Tapi seperti biasanya perasaan itu
selalu muncul ketika aku sendirian atau ketika teman-teman membecirakan masalah
pacaran atau cewek, aku selalu nimbrung dengan nggak karuan ngawurnya untuk
menghibur hati ini.
Aku pun tak lupa atas janjiku pukul 15.00
WIB, setelah kajian aku langsung meluncur ke Gang Pena, disana ternyata sudah
menunggu Daryus dan teman-teman lainnya bahkan di sepanjang jalan banyak
anak-anak anggota Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (OMEK) lain, yang berbeda
dengan organisasi yang kuikuti sejak semester 1 ini. Mereka duduk-duduk disepanjang
jalan sambil ngopi dan ngrokok dengan banyak cewek-cewek yang juga ikut
’cangkruk’. Walaupun sedikit takut dan gugup aku coba tetap menghampiri Daryus
dan aku yakin mereka semua yang ada disini adalah teman-temannya Daryus.
”He....., Homo......ternyata punya nyali
juga ya... kamu kesini! Mana teman-temanmu yang sok intelektual itu?” Tanya
Daryus kepadaku.
`”Ternyata
kamu belum paham juga ya....memang kamu ini korban ideologi......,
ini masalah pribadiku antara aku kamu dan teman-temanmu yang mengejek aku tadi
di perpus, bukan masalah organisasi, kalau masalah organisasi gak usah
diselesaikan dengan beginian!” Aku berceramah kepada mereka.
”Hajar!!!” Teriak Daryus.
”Buuk!...paaak!.... Mampus kamu, banyak
omong ini terima bogem dariku...buuukkkkk!”
Aku tersungkur di pinggir jalan, aku tahu
meski banyak mahasiswa yang duduk-duduk disini, mereka tak sudi membantuku
bahkan mentatihku untuk berdiripun tidak. Akhirnya aku berdiri sendiri dan
menaiki motor kesayanganku, lalu seperti biasa pulang ke sekretariatan.
”Kenapa kamu Nathan? Siapa yang melakukan
ini?....” Roni cemas melihat keadaanku.
”Udah obatin dulu lukanya! Dede tolong
ambilkan obat di Kotak P3K!” Perintah Kak Steven. Dede dan Kak Steven sibuk
mengobatiku, sedangkan Roni marah-marah tak karuan melihat keadaanku.
”Ini pasti yang melakukan anggota OMEK
Gang Pena itu kan? Aku tidak terima ini, sejak dulu mereka itu arogan,
mahasiswa bertingkah seperti preman, sekali-kali harus kita beri pelajaran
mereka...........” Roni tidak terima teman organisasinya seperti aku ini
dianiaya apalagi oleh mereka yang sejak dulu memusuhi kami, entah asal mulanya
gimana hingga berlarut-larut seperti ini.
”Udah kita pikirkan nanti dulu yang
penting Jonathan gak parah, biarkan dia istirahat dulu! Dan kamu Roni jangan
terlalu gegabah!” Kak Steven menenangkan Roni
”Iya benar kita harus pelajari dulu modus
operandinya” Kak Fahad memberikan saran
”Mereka memang dicetak untuk menjadi kader
preman kali....., kalau tidak arogan, ya........mau menang sendiri dan sering
kali menghalalkan segala cara untuk tercapai tujuan mereka.....” Hardikan dari Yulio
Kader baru kami.
Roni pun pergi entah tak tau kemana dengan
Mobil sedannya, yang hari ini dia bawa ke sekretariatan untuk menggait
cewek-cewek. Dengan menekan gas dalam-dalam hingga suara mobilnya memekakan
telinga dia pergi begitu saja tanpa pamit.
Malam hari ini pun aku tak bisa tidur
nyenyak selain rasa sakit di muka dan tubuhku, perasaanku yang selalu mengingat
dia..........aku mengeluh pada diriku sendiri ............sampai kapan aku tetap
begini.....belum juga mampu mengungkapkan perasaanku kepadanya.
Kampus.
Jum’at, 1 Februari 2008
Aku
memaksakan diri untuk masuk kuliah walaupun mukaku lebam membiru, pada saat itu
seluruh teman mahasiswa sekelas dan sekitarnya terus memandangiku. Daryus
dengan puas berjalan disampingku dan berlalu begitu saja seperti tidak ada
apa-apa di hari kemarin.
”Jo...kamu kenapa?.. mukamu lebam
gitu...?” Tanya Santo Mahasiswa Independent. Dia adalah temanku sejak SMA dulu.
”Oh biasa anak muda.....!” Jawabku untuk
memuaskan dia.
Setelah jam kuliah berakhir aku pun
duduk-duduk dihalaman kampus dekat parkir dosen dan karyawan. Tak kusangka
ternyata Heni dan teman-temannya menghampiriku.
”Kak, maafin aku dan teman-teman, kemarin
gak bisa jenguk kakak di sekretariat!” Mohon Meta.
Dengan gugup aku menjawab”Kagak apa-apa
kok....!.”
Dengan
tangan lembutnya Luluk mengelusnya ke wajahku yang biru.
”Waduh sampai segini kak, emangnya siapa
sih yang melakukan ini.....” tanya dia.
Dalam hatiku mungkin dia mengetes aku mau
jawab gak atas pertanyaan yang dia berikan. Karena tidak mungkin dia tidak tahu
kecuali jika dia kemarin pulang, karena kostannya Luluk dan Meta terletak di
Gang Pena.
”Aku pulang duluan.......” Pamitku
terburu-buru karena aku sudah grogi kagak karuan.
Ketika pergi meninggalkan mereka sedikit
aku memandang wajah Heni yang begitu putih dan matanya yang sipit, dia tak
berkata apa-apapun kepadaku tadi. Aku meluncur ke sekretariat organisasi dan
langsung duduk dihadapan Kak Steven karena dipanggilnya.
”Jonathan....untuk masalah kemarin
kronologinya gimana?”
Aku
ceritakan semuanya mulai dari awal hingga akhir kejadian, akhirnya Kak Steven
puas atas ceritaku tadi. Mungkin karena permasalahan ini menurut dia bukan
masalah organisasi. Tetapi masalah anak muda......ya sukurlah organisasiku ini
tidak tercemar gara-gara aku.
Kak Fahad menambahi wanti-wantinya
kepadaku.
” Makanya Nathan, kamu itu jangan mudah
terpancing emosinya, orang yang emosinya mudah terpancing, emosinya mudah
diperalat lhoo....!
”Iya kak semoga ini menjadi yang terakhir
bagiku....!” Jawabku untuk memuaskannya
”Lagian Kak Nathan kan masih jomblo,
urusan dengan mereka taruhannya nyawa lho kak.........mendingan energinya tuk
ngelindungin cewek kakak nanti!” Seloroh Maikel menghiburku.
Ternyata Roni dengan mobilnya kemarin
pergi ke Gang Pena untuk langsung ke Sekretariat OMEK yang berada di situ. Dan
melabrak Daryus, untung Roni gak bernasib seperti aku, ku akui dia memang
pemberani dan secara fisik dia memang sangat besar dan atletis ditambah dia
sudah bersabuk putih. Aku heran kenapa Roni tahu Daryus pelakunya, mungkinkah
dia menganalisa dari curhatku selama ini kepada dia. Terima kasih Roni atas
perhatianmu.
Aku dan Daryus pada saat SMA dulu
sama-sama menaksir Heni, yang sekarang menjadi kader organisasiku. Sedangkan
cinta Daryus yang diungkapkan langsung kepada Heni, ditolak mentah-mentah oleh
Heni. Apakah ini salah satu penyebab Daryus membenciku, selain organisasi yang
kita ikuti juga bersebrangan. Tapi akupun sampai sekarang tak berani
mengungkapkan perasaanku.
Malam haripun seperti biasa setelah curhat
dengan Roni di salah satu bilik sekretariat, aku menulis buku ’khususku’ dengan
tulisan yang ’esensinya dan substansinya tetap sama’:
”Tuhan,..............
apakah Kau sedang menghukumku”
”Tuhan
dia dulu yang ku cinta, sekarang hadir lagi dalam kehidupaku bahkan lebih dekat
lagi,...........
”Akankah aku bisa mendapatkannya,
Tuhan..........
dimana rahmatMu berada
hingga derita hati ini
terobati................................................
Dan
untuk melepaskan lelah hati ini atas perasaan yang semakin tak terkendali, aku
menulis untuk menguatkan diriku walaupun pasti ini hanya sementara dan hanya
untuk menghibur diri:
Cintaku padamu tak benar-benar sebuah
cinta murni, tapi semua ini hanya sebuah permainan hidup.
Hatiku tak setuju mencintaimu, namun
otakku selalu meluap-meluap melampiaskannya.
Aku tak benar-benar cinta padamu, karena
aku ingin bebas dari beban cerita ini.
Karena wanita di bumi ini tidak hanya
engkau saja, aku bisa memilih perempuan yang lain selain kamu untuk kupilih.
Senin,
4 Februari 2008
Roni mengajak kader-kader baru organisasi
tuk mengadakan diskusi non-formal di sekretaiat, mungkin diskusi santai untuk
refleksi diri dan organisasi. Keahlian bergaul dia dengan cewek benar-benar ia
gunakan sebaik-baiknya. Meskipun seringkali dia gonta-ganti pasangan. Dan
ternyata sudah kuduga yang datang membludak, keinginan mereka untuk aktif di
organisasi begitu besar. Heni pun juga tak ketinggalan untuk datang. Mungkinkah
ini kesempatanku. Akhirnya, disela-sela akan dimulainya kegiatan ini aku ajak
Roni kedapur belekang yang lagi sepi, aku berbicara dengan lirih agar yang
lainnya tidak mendengarkan.
”Ron, walaupun ini diskusi tidak resmi
tapi ternyata pesertanya banyak juga ya...hebat ide kamu!” Pujiku dengan
bisikan padanya.
”Gue tidak kamu pujipun sejak dulu
hebat....” Jawab Roni sombong.
”Dia sudah datang coba dekati dia! Berani
gak? Sampai kapan kamu akan terus bersikap begini?” Tambah Roni untuk mendorong
aku.
”Cepat temuin dia ntar aku embat lho....”
”Tega amat sama teman lo.., doain aku ya!
semoga gak grogi nemuin dia.” Pintaku pada Roni.
Akhirnya aku temuin dia di halaman
sekretariat lagi bincang-bincang dengan Meta.
”Halloo, apa kabar semuanya......!!”
Sapaku
”Kabar baik Kak!” Serempak meraka jawab.
“Oya kak, saya tadi di SMS dan di Telpon
oleh kak Roni katanya ada diskusi penting, emangnya ada apa sih, kan biasanya
lewat undangan resmi?” Tanya Ana yang penasaran.
“Secara… biasanya kajiannya kan hari
Kamis!” tambah Luluk.
“Ooo.. untuk masalah itu, Tanya langsung
yang bersangkutan mungkin ada kejutan…! Kak Roni kan bagian Divisi Internal
Organisasi, terutama mengurusi masalah keanggotaan dan pengkaderan, Tapi yang
gue ketahui memang ini bukan kegiatan formal organisasi, tapi diskusi ini
bertujuan demi berkembangnya organisasi kita kelak di Kampus.”
Sejenak
kemudian aku melanjutkan ceramahku.
“Tapi yang perlu di perhatikan kalian
semua harus tetap kritis apabila diskusi ini memang tidak mendukung kemajuan,
tapi kritis yang intelektual jangan ngawur!”
Aku tak melihat mobil mewah yang biasa di
pakai Heni itu parkir di depan secretariat dan kata Meta mereka berempat jalan
kaki untuk menuju secretariat.
“Nathan ajak mereka semua masuk!” Kak
Steven menyuruhku sambil memegang HP barunya.
”OK sebelum acara ini dimulai, gue ingin
seluruh pengurus duduk di depan Forum, gue minta semuanya!” Roni mengkondisikan
Forum diskusi ini. Sejenak kemudian seluruh pengurus satu demi satu maju ke
depan, duduk rapi dengan karakter masing-masing.
”Kader-kader baru tahu kan bahwa yang
duduk didepan ini adalah jajaran yang bertanggung jawab atas organisasi kita
tercinta, adek-adek semua adalah kader, sekaligus penerus perjuangan dan
gerakan organisasi ini. Oleh karena itu gue silakan satu persatu menyampaikan
unek-uneknya mengenai kinerja pengurus selama ini, tetapi tetap dengan aturan
main alias tidak ngawur!”
Tak
lama kemudian Dede mengacungkan tangan dan usul.
“Usul kak!”
“Silakan De!” lanjut Roni.
“Terima
kasih atas waktunya. Sebagai anggota gue bangga dan senang mempunyai pengurus
dan rekan-rekan anggota semuanya selama ini. Sebelumnya gue setuju sekali diadakan
acara seperti ini, karena selain bisa mempererat hubungan emosional antara
anggota dengan anggota dan anggota dengan pengurus, kegiatan ini adalah sebuah
kegiatan keilmuan, sebab anggota akan belajar berfikir dan bersikap kritis dan
pengurus akan lebih serius dalam menjalankan programnya karena tetap akan
dikontrol oleh anggota. Yang gue ingin sampaikan dalam Forum ini adalah pertama
bagian eksternal organisasi; yaitu pergerakan kita di dalam kampus kurang
begitu nampak, selain itu hubungan kita dengan sekretariat lain yang ada di
Kota Kediri ini kurang begitu erat, dibuktikan dengan sedikitnya kerjasama
dengan sekretariat lain untuk melakukan kegiatan atau minimal eksistensi
sekretariat kita ada di mata sekretariat lain. Kedua bagian internal organisasi;
selama ini memang pengurus telah mengadakan kegiatan yang bersifat membina dan
meningkatkan kualitas kader, akan tetapi terdapat beberapa kelemahan dan ini
walaupun ringan, tapi sangat menguras perhatian seluruh anggota dan menimbulkan
image buruk bagi organisasi kita, sebelumnya gue mohon maaf; seperti banyak
pengurus yang berpasang-pasangan satu dengan yang lainnya, dan bahkan
disinyalir ada pengurus yang disoroti anak-anak kampus sebagai homoseksual. Dan
hal ini akan menurunkan minat anggota untuk berorganisasi di sini apabila
masalah seperti ini tetap berlarut-larut. Cukup demikian yang gue sampaikan,
mohon maaf dan terima kasih!”
Tak lama kemudian Anton mengacungkan
tangan, tidak mau kalah dengan Dede dia berkata penuh antusias.
”Terima kasih, gue tidak akan berpanjang
lebar, karena saya yakin Kakak-kakak pengurus di depan sudah sedemikian rupa
berjuang demi menjalankan misi organisasi kita ini. Bahkan gue akan
menyampaikan sebuah saran bagi teman-teman anggota, walaupun gue adalah juga
anggota. Sebagai anggota kelak kita juga akan menjadi pengurus, entah menjadi
ketua bagian divisi internal atau eksternal dan atau lainnya. Tetapi posisi
jabatan pengurus tidaklah penting bagi kita, tapi yang penting adalah sejauh
mana keseriusan dan tanggung jawab kerja kita, dan kelak kita akan mendapat
berbagai tantangan-tantangan seperti Kakak-kakak pengurus di Depan bahkan
lebih, oleh karena itu kita harus mempersiapkan diri sejak sekarang jika memang
kita ingin mencetak sejarah baru bagi organisasi ini, bagi bangsa dan bagi diri
kita sendiri. Terima kasih!”
Dan 35 menit berlalu, setelah diskusi
dengan meminimalkan tingkat emosi tinggi antara anggota cowok dengan pengurus
dilakukan, akhirnya Kader perempuanpun angkat bicara, dan Heni pun ikut
nimbrung dengan sejumlah pernyataan yang sempat memecahkan
pemikiran-pemikiranku yang sedang aku olah (karena walaupun aku duduk di depan
dengan pengurus lainnya bukan berarti aku diam dan membiarkan pengurus lain
berbicara sendiri) untuk ikut meramaikan diskusi ini.
”Terima kasih kepada seluruh anggota dan
pengurus organisasi ini, jujur gue dulu masuk organisasi ini adalah karena gue
tertarik pada sesorang yang ada di organisasi ini selain karena Bokap gue
menyarankan untuk masuk kesini dan mungkin Kakak-kakak sudah tahu bahwa beliau
adalah alumni organisasi ini, tapi gue masuk organisasi ini tidaklah semudah
apa yang seperti gue dan teman-teman kira, banyak sekali pengaruh-pengaruh dari
mahasiswa lain yang bertubi-tubi menghantam gue dan itu sempat membuat gue
memutuskan untuk tidak berorganisasi, tapi beberapa saat kemudian aku sadar
bahwa mungkin pernyataan mereka tidak benar adanya atau hasutan semata, lantas
guepun menyelidiki dan membandingkan antara perkataan mereka dengan kenyataan
di lapangan, dan akhirnya gue ketemu dengan kak Roni yang mengarahkan dan
memberi penjelasan tentang organisasi ini, dan seketika itu gue putuskan untuk
masuk ke organisasi ini dan semoga keaktifan gue di organisasi ini hingga akhir
kepengurusan gue nanti bahkan sampai tingkatan Cabang Kediri, dan secara
perlahan-lahan benak di pikiran dari anjuran dan perintah dari bokap tuk
memilih organisasi ini dan rasa tertarikku pada salah salah satu pengurus pada
waktu perekrutan tiga bulan lalu sudah sedikit hilang.”
”Oke....makasih itu saja Hen?, kalau boleh
tahu siapa si Doi tadi...?”
Pertanyaan Roni itu membuat aku tertawa
kecil begitu pula dengan anggota-anggota cowok lainnya, karena pertanyaan itu
di sampaikan dalam forum yang cukup serius, tapi aku memang juga menginginkan
jawabannya. Dan kemudian muka Heni pun memerah, untung saja Roni langsung
mengalihkan pembicaraan.
Diskusi yang dilakukan seperti ini
bukanlah peng-Hakim-an terhadap pengurus, tetapi mengeluarkan jiwa kekritisan
anggota. Dan pada akhirnya seluruh penguruspun bisa mengendalikan situasi
seperti ini, terutama Kak Steven sebagi ketua dia bisa memberikan perkataan
yang mudah di tangkap dan dimengerti Kader-kadernya. Dan akhirnya selesailah
diskusi ini.
Malampun sudah tiba, setelah mengadakan
diskusi kecil dengan teman-teman di sekretariat aku langsung membuka buku
khususku dan kutuliskan;
”Siapakah gerangan insan yang telah
engkau pilih untuk kamu taksir itu?”
”Apakah aku?”
Ah.....aku tidak mau Ke PD an dan GR lagi,
sadar diri sudah ada di diriku
Mana mungkin aku bisa mendapatkan kamu,
apalagi memperoleh hati orang tuamu Cinta.......akankah perjuangan ini kan
kuteruskan?????
Cafe
di Kota Kediri. Kamis, 7 Pebruari 2008
Hari ini kampus tercintaku libur karena
untuk memperingati Tahun Baru Imlek 2559, akhirnya aku pun jalan-jalan keliling
Kota Kediri sendirian, untuk refreshing dan online di warnet cafe langgananku
dekat dengan Mall terbesar di Kota ’Persik’ ini. Sempat aku buka friendster dan
emailku, tak kusangka ternyata teman yang meng –add aku banyak banget, dan
surat masuk di email tersesusun belasan menunggu untuk aku baca, Rizky
Ameliasari teman baruku, dia Kuliah di STAIN Pekalongan yang juga ikut
organisasi yang aku ikuti sekarang ini di Jawa Tengah sana, mengirim email
kepadaku sungguh tak kusangka perkenalan lewat SMS selama ini berlanjut hingga
mengirim email.
Salah satu surat itu ternyata dari Daryus sudah kuduga setelah
kubuka ternyata berisi ancaman dan olok-oloknya yang sudah bosan aku
mendengarnya. Ternyata teman sesama organisasi ketika aku ikut pelatihan
tingkat Nasional di Sulawesi Selatan Agustus tahun lalu juga mengirim email
untuku, namanya Silvia Mandasari dia menceritakan keadaan organisasi di sana,
bahwa kader-kader organisasi di sana ternyata mengalami perkembangan pesat, dan
katanya sistem kaderisasinya berbeda jika dibandingkan di Jawa serta kata
Silvia di Cabang Makassar dana keuangan dari alumni mengucur deras, dia juga
menceritakan bahwa pasca OTODA (Otonomi Daerah) aktivis asli Sulawesi pun
bertekad untuk memajukan pulau kelahirannya tersebut. Hebats brow!!!.
Selain itu banyak sekali teman-teman baru
yang mengirim email kepadaku meminta kenalan dan sharing tentang artikel,
maklum karena aku sering meninggalkan alamat email ku di ’buku tamu’ atau
tempat komentar di website yang aku kunjungi dan aku sering pula mengirimkan
artikel ke surat kabar dan kuselipkan alamat emailku di dalamnya. Dan inilah
kelebihanku walaupun aku harus sering duduk diam di dalam kelas saat Dosen
memberikan umpan dan mahasiswa lain harus cas-cis-cus dengan segudang
omongannya.
Lantas akupun chatting, dengan Channel
#Kediri dan add-ku atas nama Jonathan, setelah ku lihat satu persatu kulihat di
tampilan chatting akupun menemukan satu kata yang menarik yaitu Miyura, aku
sapa dia dengan salam pembuka.
Jonathan
: Hi...leh kenalan
Miyura
: Boleh
Dengan polos dan jujur aku perkenalkan
namaku,
Jonathan
: Ku Jonathan
Sesaat kemudian
Miyura
: Oww tu nama aslimu...
Jonathan
: ya barang tentu, it’s made in my parents
Miyura
: skol/kul?
Jonathan
: Kul, km?
Miyura
: Kul, kul dmna?
Jonathan
: Kediri, rumah?
Miyura
: ooo kamu asli kediri?
Jonathan
: Iya, u
Miyura
: Kediri
.........................................
..........................................
Setelah satu jam setengah aku berselancar
di internet, akupun putuskan untuk menyudahi, dan waktu menunjukkan pukul
11.15, walaupun aku belum tahu pasti tentang Miyura tapi dia telah membuatku
penasaran mungkin karena juga dia tinggal di Bumi Macan Putih Kediri, sebelum
aku akhiri dia sudah janji bahwa besok malam minggu kita bisa chattingan lagi.
Aku buru-buru pergi sebab nanti pukul 12.00 aku harus sudah ada di sekretariat
tuk menyiapkan kajian tentang Teknologi Informasi tahap II. Langsung saja
kutancap motorku menyusuri jalan yang agak macet dan sambil menunggu lampu lalu
lintas berwarna hijau aku melamun sejenak mengingat dia.
Seketika tiba di Sekretariat aku sudah
melihat tatanan beberapa sepeda motor dan dua mobil yang tidak asing lagi
berformasi rapi di depan sekretariat, tapi mobil Heni tak ada di sini apakah
dia tidak hadir? kurasa aku sudah telat gara-gara motorku yang bocor kena
pecahan kaca di jalan. Lalu aku masuk kedalam dan mengambil posisi paling
belakang karena di depan sudah tidak ada tempat lagi, sambil melihat laptop dan
meremot LCD pemateri menjelaskan filosofinya Teknologi Informasi.
Setelah kajian itu selesai dan sekretariat
mulai berangsur sepi kembali akupun membiarkan dia yang pulang belakangan untuk
pergi begitu saja dengan teman-temannya tanpa ku ajak bicara, entah apa aku
takut atau gimana..? dan aku hanya bisa melihat sekilas lewat jendela ketika
dia pamit kepada Roni untuk pulang. Aaaaahhhhhhh! Kenapa aku ini??????
Sabtu,
9 Februari 2008
Akhirnya hari Sabtu tiba, nanti malam aku
berjanji pada Miyura untuk bertemu lagi di dunia Maya. Walaupun Miyura masih
misteri bagiku tapi entah tak seperti biasanya aku seakan tidak akan menolak
kesempatan ini. Lalu pagi-pagi sekali aku pergi kekampus, walaupun kelasku masuk
nanti pukul 10.15. Akupun langsung masuk menuju kelas semester I Mata Kuliah
ISBD (Ilmu Sosial Budaya Dasar). Untungnya walaupun dosennya mengenaliku
beliau membolehkan aku mengikuti kuliahnya meski ini bukan jamku.
Aku
sengaja masuk kelas ini untuk melihat kader-kader organisasiku bagamaina
aktivitas mereka di dalam kelas, dan sejauh mana peranan mereka menghidupkan
forum kelas. Kebetulan Anton dan Dede satu Kelompok untuk mempresentasikan
makalahnya, setelah mereka menyampaikan makalah yang berjudul ”Teknologi:
Sebuah Paradoks bagi Kehidupan.”
Salah satu dari mahasiswa di kelas ini
langsung angkat tangan tidak lain adalah Meta.
”Terima Kasih, langsung saja; makalah yang
telah anda sampaikan tadi secara sekilas memang sudah bisa mewakili judul, akan
tetapi saya belum bisa menemukan solusi dan tawaran untuk menyelesaikan
masalah-masalah teknologi yang telah anda sampaikan tadi melainkan hanya sebuah
pernyataan yang ’kering’ untuk bisa dikatan ilmiah, terima kasih!”
Tak kusangka perkataan Meta mendalam
banget. Sampai-sampai Dosenpun mengacungkan jempolnya untuk Meta. Sambil
ber-SMS-an aku memantau perkembangan Kader-kader organisasiku itu, diskusinya
sangat berbobot dan berlangsung dengan sedikit sekali emosi tinggi. Tak
kusangka semester satu sudah dapat mengkondisikan keadaan dengan cepat, padahal
baru tiga bulan mereka semua masuk ke Kampus Negeri di Kediri ini.
Malampun tiba aku mengajak Roni untuk
chattingan di Ruko dekat sekretariat, karena Roni tadi malam sudah janji
kepadaku tuk menemani berinternet dia tidak menolak ajakanku walaupun dia sudah
di telpon oleh ceweknya untuk ’meeting’.
Setiba di Warnet kami langsung membuka
program chatting dan aku buka Channel #Kediri, aku cari kata Miyura di Kolom
program Chatting tidak aku ketemukan. Dan akhirnya aku pun mengetik nama organisasi
yang kuikuti di Search Engine, munculah 10 alamat web yang nampak.
Dan ku ’klik alamat web yang berasal dari Sumatra Barat, aku pilih satu persatu
link web itu lantas membacanya, tak lama Roni yang berada di Sampingku merebut
keyboard yang aku gunakan untuk mengetik, lantas dia mengetik beberapa komentar
di Artikel tersebut. Setelah sedikit bosan dengan artikel, kamipun membuka
kembali program chatting dan ternyata Miyura tidak kunjung me-add-aku juga. Dan
akhirnya aku menemukan kata Miyura di kolom kanan program chatting ini.
Jonathan
: Hallo....akhrinya kmu datang juga!!
Miyura
: 5af aku baru aja tiba
Jonathan
: emangnya dr mana?
Miyura
: dr rumah....
Dengan cepat Roni merebut keybord dari
tanganku dan mengetikan kata-kata di name chattingku yaitu Jonathan.
Jonathan
: aku masih jomblo......!
Miyura
: kalau jomblo kenapa???
”Ron, Jayus bangets sih lo.....!!! gue kan
kagak enak ama nih anak.” aku marah padanya
”Ah...lagian dia kagak kenal lo.....lo
juga kagak kenal diakan?” Roni berkilah
”Iya siapa tahu dia itu cocok dengan gue.”
Lalu aku merebut kembali keyboardnya dan
melanjutkan mengetik
Jonathan
: maaf itu ulah temanku
Miyura
: siapa sih temannya? Cewek ya...?
Jonathan
: kagak CO, namanya Roni.
Jonathan
: nama aslimu siapa?
Miyura
: emangnya penting???
Jonathan
: siapa tahu kita bisa temenan
Miyura
: misalnya jika aku sudah kenal Kak Nathan, gimana?
Jonathan
: siapa sih ini?????? Ya gak apa-apa
Miyura
: aku Heni kak....!!!
”Waduh mampus Ron! Ini ternyata Heni,
gimana nihh???” Aku kebingungan dan meminta pendapat Roni.
”Udah elo lanjutin aja ini kesempatanmu.”
”Tapi jika salah ngomong gimana, lagian
dia sudah tahu di sini juga ada elo.”
”Udah jangan kuatir, diakan udah dewasa
saya yakin dia pengertian.” Roni memberi saran kepadaku.
Jonathan
: ooo.....oooo
Miyura
: lho kok Cuma oooo aja !!!!
Jonathan
: lha mau gimana lagi....
Miyura
: ya...maunya aku sih mau bikin kejutan untuk kakak, ternyata ......
Jonathan
: nggak kok Heni sudah berhasil membuat kakak terkejut
Miyura
: Hallo.. Kak Roni...Kok nggak malam mingguan? He.he...he...
Lantas Roni dengan cepatnya membalas
pertanyaan Heni dan mengetikkan sebuah kata-kata.
Jonathan
: lagi libur...nemenin jomblo kesepian main internet
Miyura
: ooo, kak udah dulu...aku di SMS bokap suruh pulang...
Jonathan
: see you next.......
Perhatian untuk cerita selanjutnya di bawah ini mayoritas memgalami perubahan yang signifikan. Meski demikian pada alur tertentu secara global alurnya masih sesuai kenyataan. Terutama terkait hubungan rumit dua hati yang membingungkan. Alasannya untuk melakukan plot twist belaka. Supaya cerita lebih menarik untuk dibaca.
Sebelum aku dan Roni cabut dari warnet,
kita menyempatkan mengirim surat dan beberapa dokumen penting seperti hasil
notulen kegiatan, foto dll melalui email yang kami tujukan kepada Pengurus
Besar Organisasi sebagai bahan untuk mengkaji lebih lanjut.
Dan sehabis kami online yang hanya satu
jam saja, aku di ajak Roni dengan mobilnya jalan-jalan.
“Nathan mendingan kamu ikut aku aja, lagi
pula aku udah membatalkan ‘meetingku’ dengan Niva. Masak aku harus melalui
Malam minggu ini begitu saja.”
“Maaf gara-gara gue meeting elo
gagal deh…!”
“Yang penting lo ikut gue aja.”
Roni menyetir mobilnya menyusuri Jln.
Dhoho yang terletak di tengah-tengah kota Kediri, setelah setengah jam
menyetir, Roni membelokkan mobilnya ke sebuah gang yang sepi dari aktivitas
warganya, lalu ia membanting setir dan memarkirkan mobilnya di depan rumah
peninggalan Belanda dan kelihatan tua.
“Wah menyeramkan bangets Ron!”
“Ah kagak apa-apa kok, entar kalau kamu
udah masuk saya yakin berganti suasanya.” Sepertinya Roni ingin memberi kejutan
kepadaku, apakah dia menyimpan rahasia dariku.
Ting-tong....Ting-tong...Ting-tong…….
Tak lama kemudain pintu dibukakan oleh
seorang bapak yang berpawakan tinggi putih dan beretnis China, aku sudah tidak
asing lagi dengan sosok itu karena dia adalah Bapak Suryo Hadi Kusumo atau yang
bernama asli Lie Tien Ming, seorang Konglomerat Kota Kediri sekaligus alumni
organisasiku yang tidak lain adalah orang tua Heni.
“Ayo masuk!”
“Iya pak” jawab Roni dengan ramah
”Kegiatan apa yang sedang di lakukan di
sekretariatan sekarang ini Ron?” Tanya Bapak Suryo
”Sekarang teman-teman lagi sibuk
mempersiapkan pindah sekretariat pak!, selain itu kami juga gencar-gencarnya
mengadakan pendekatan dengan masyarakat sekitar untuk menjalin kerja sama
mengadakan pelatihan ketrampilan kerja, terkusus bagi pemuda sekitar sekretariat
kami.”
”Bagus, itu kembangkan saja, ini adalah
potensi bagi kalian sekaligus tugas yang harus diemban bagi kalian sesuai
dengan misi organisasi kita.” Bapak Suryo mengarahkan kami berdua.
”Tapi soal perpindahan sekretariat saya
tidak bisa membantu banyak terutama finansialnya, karena seperti yang kalian
ketahui berdua, bahwa saya sedang butuh biaya banyak untuk merintis sejumlah bisnis” Cerita Bapak Suryo
kepada kami.
”Tidak apa-apa kok pak, kami yang
seharusnya minta maaf kepada bapak karena selalu menyusahkan bapak, lagian
selama ini bapak sudah membantu kami sampai sejauh ini terutama masalah finansial.”
Aku berusaha menghibur Bapak Suryo.
Setelah 25 menit kami berbincang, Roni
kemudian mengambil kesempatan untuk menanyakan Heni.
”Maaf pak Heni-nya ada?”
Waduh nekat benar anak ini kayak kagak
kenal sikon aja.
”Ada-ada, entar saya panggilkan dulu, dia
lagi bersama ibunya di dalam kamar.....” Belum selesai beliau berbicara, dengan
mimik serius melanjutkan sebuah pesan untuk kami.
”Tolong kalian jaga Heni, walaupun kemarin
lusa Steven sudah ke sini dan aku titipkan Heni padanya.....," (pembicaraan terpotong gara-gara Heni tiba)
”Hallo kak tumben mau nemuin aku, biasanya
kan bokap Heni yang diutamakan untuk ditemuin.” Dengan wajah berbinar dan ceria
Heni menyambut kami.
”Oya kak gimana acara main internet kakak
berdua tadi?”
”Seperti biasa, kami membuka alamat web
organisasi kita yang terus meng-up date isi webnya.” Jawab Roni
”Kayaknya
kamu juga suka dengan internat?”
”Sebetulnya aku sejak SMP sudah bisa
internet, namun karena sudah tidak lama main jadi kaku deh, untung ada penkajian dengan pemateri handal tentang internet yang diadakan kemarin lusa yang membuatku termotivasi untuk
bermain internet kembali sambil menghibur diri.”
”Kenapa Heni tidak terus terang saja pada
saat chattingan kemarin dengan gue?”
”Maunya sih buat kejutan, tapi berbagai
pertanyaan kakak itu lho yang membuat aku harus membongkar rahasia dan terus
terang sulit untuk menghindarnya, kan aku nggak mau berbohong! Walaupun di
internet.” Aku salut bangets pada prinsip yang dipegangnya.
Pendek kata, kami pun tiba kembali di sekretariat organisasi.
Sebelum berbaring tidur aku tuliskan catatan kecil di bukuku:
Hidup
dihadapkan beberapa pilihan
Aku
bisa memiliki pilihan itu jika aku memenuhi syarat-syaratnya
Dan
aku sudah menetapkan pilihanku
Ini
adalah pilihan dari hatiku
Ahad,
10 Pebruari 2008
Saat
kau pergi tinggalkan diriku…………
”Inikan
musik kesukaan Kakak Nathan!” Dede mencoba menghilangkan lamunanku.
Hari
ini bagiku adalah pagi yang dingin dan sepi, tidak ada keberanian dalam diriku
untuk berkata-kata apapun. Aku tetap diam. Aku mencoba untuk merebahkan tubuhku
kembali di tikar setelah mukaku kubasuh dengan air pagi. Dan tidur menghantarku
untuk melupakan hancurnya hati ini.
”Nathan,
bangun! bangun!” aku menggeliat dengan malas. Dan rasanya tidak mau aku bangun
untuk beberapa jam lagi.
”Heni
mencarimu, sekarang dia di depan menunggumu!”
”
Beneran Kak Steven!!”
Setelah
aku pergi mandi dan gosok gigi lantas mengganti baju, aku mencoba untuk
bersikap biasa dan menambah senyuman agar dia tidak kecewa. Aku langsung duduk
di sampingnya.
”Maaf
ya kamu menunggu lama!”
”Lagian
kakak mandinya lama bangets, kayak perawan mau dinikahi aja ha...ha.....”
”Iya
aku perawananya dan kamu jejaka yang ingin menikahuku!?!?!!???”
Aku
dan dia bercanda terus seakan-akan di dalam secretariat sana tidak ada
seorangpun yang mendengarkan kami. Senyumannya merekah menelan rasa sepiku,
wajahnya menyinari pagi ini yang berembun dan kata-katanya membuatku ingin
hidup lebih lama di bumi ini.
Hari
ini adalah hari terindah dalam hidupku, karena ia sekarang ada di sampingku
menemani kesepian.
”Nathan
gimana ngobrolnya tadi pagi?”
”Kamu
itu ngomong apa to Ron?”
”Jangan
berlaga bego’! dia kayaknya memberikan kesempatan kepadamu”
”Aku
bisa bersama dia seperti tadi pagi aja sudah bahagia, aku nggak ingin berharap
banyak!.”
” Jangan
kuatir Nathan! kan Meta masih ada!”
”
Apa maksudmu???”
”Waduh
males aku ngomong ama kamu, inilah yang membuat kamu gak punya pacar sampai
sekarang!!” Roni menceramahiku di sore hari.
Ada
apa dengan Meta aku tak tahu maksud Roni, apa ada kaitan dengan SMS Meta tadi
pagi? Dan si Roni seperti biasa selalu membuka SMS ku tanpa izin, selain juga
dia begitu dekat dengan kader-kader cewek dan sering dijadikan tempat curhat
oleh mereka.
Rabu,
13 Pebruari 2008
”Than
besokan hari Valentine”
”Emangnya
kenapa Ron kalau valentine day?”
”Inikan
kesempatanmu untuk menembak dia!!”
”Apa
kaitannya valentine dengan menembak cewek???”
Aku
tak begitu tahu dengan apa yang dinamakan valentine day, walaupun sering
mendengar dan melihat perayaannya setiap setahun sekali itu. Dan dalam kamusku
valentine day adalah kebiasaan orang barat. Bukan berarti aku membenci orang
barat. Tapi dalam agama yang telah kuanut sejak kecil, valentine day tidak
berlandaskan keimanan.
”Hari-hari
ini kakak kok nampak bahagia bangets, emangnya ada apa???”
”Meta
ingin tahu???” Aku membuat penasaran.
”Aku
nggak ingin tahu! Biar itu menjadi rahasia Kakak sendiri, aku hanya ingin
memberikan hadiah ini untuk kakak!” sambil menyodorkan sekotak kado indah
bertalikan pita nan menyala. Ini mungkin alasan Meta mengajakku ke Kafe dekat
Stadion Brawijaya Markas Persik Kediri yang sekarang ini sedang ramai dengan
pengunjung.
”Dalam
rangka apa ini Met?”
”
Sebenarnya aku sejak dulu ingin memberikan hadiah ini kepada kakak, tapi hari
inilah alasan yang tepat untuk memberikan hadiah ini kepada kakak, karena besok
adalah hari valentine.”
”Kamu
juga termasuk kaum valentiner??”
”Sebenarnya
aku bukan valentiner kak, tapi yang namanya masih remaja wajar jika mengikuti
trend anak muda yang lainnya!”
”Baru
tahu kalau kamu itu masih remaja, padahal di wajahmu sudah keriput”
Dia
terhibur oleh leluconku dan mencubit tanganku dengan kerasnya.
”Auww
sakit Met!!”
”Lagian
kakak jahat banget”
”Inikan
buku komputer yang kucari-cari selama ini, kamu tahu aku sedang mencari buku
bagus ini, lalu yang ini apa?”
”itu
surat, kakak baca nanti saja!”
”Terima
kasih banyak Met!”
”Besok
jadi ada kajian Psikologi kepribadian? Emangnya pematerinya siapa?” disaat-saat
seperti ini, yang sebetulnya lebih enak ngomongin tentang yang menyenangkan
saja dan menikmati makanan, sedangkan Meta malah sempat membicarakan kegiatan
organisasi.
”Bapak
Imran Habib Muzakki dosen Mata Kuliah Psikologi Umum”
“OoOooo,
bapak Imran dosen Psikologi yang jadi Idola Mahasiswi itu to?”
”Iya..
yang mana lagi kalau bukan beliau? Meta ikut gak tanggal 20 Pebruari nanti
ada Intermediate Trainning Tingkat Nasional di Bali nanti”
”Aku
gak bisa ikut, ada Kuliah yang gak bisa aku tinggalkan, kata Kak Roni masih
ada Intermediate Trainning lainnya di Makassar bulan depan”
”Sayang
banget padahal mayoritas pematerinya adalah tokoh politikus kondang dan Pejabat
Negara, denger-denger juga akan dihadiri bapak Wakil Presiden”
--------------
”Tadi
siang kakak dicariin Heni”
”Kapan
De??”
”Jam
12 tadi setelah jam kuliah, kebetulan dia satu kelas denganku, dan dia titip
salam kepada kak Nathan”
”Makasih
bangets De!”
Aku
membuka surat yang telah aku terima siang tadi dari Meta:
Aku
dan Kakak adalah manusia biasa
Oleh
karena itu tidaklah salah apabila rasa cinta hadir begitu saja
Aku
harap kakak merasakan cinta apa yang telah aku rasakan selama ini
Hanya
untuk Kakak tidak untuk yang lain
Ttd
Meta
Fitriana Ayu
Kamis,
14 Pebruari 2008
”Banyak
sekali kadomu Ron! Kasihan cewek-cewek kampus yang menjadi korban sang petualang
cinta di kampus berlebel Negeri Kediri” Andre menjaili Roni
”Ngawur
aja, yang memberi hadiah kepadaku tidak hanya mahasiswi, cewek-cewek SMA juga
kecantol denganku, Itu buktinya sedang kamu makan!” Aku mendengar mereka lagi
bertengkar seperti anak TK dan sangat mengganggu konsentrasiku saat membaca
buku komputer dan kumpulan artikel tentang cendikiawan Indonesia yang tersohor.
”Jadi
ini darimu? Eh salah, maksudku korbanmu?? Aku kira yang bawa tadi Toni”
terlihat menyesal tapi Andre tetap menikmati Coklat yang berharga puluhan ribu
itu.
”Eh
Ton kamu mau??”
”Nggak!
Makasih aku gak tertarik dengan coklat”
”Ron,
kajian yang kamu adakan siang nanti sudah dipersiapkan? Apakah pak Imron sudah
bersedia membawa LCD? Jangan sampai yang datang di acara kajian nanti sedikit!
Karena kita harus menjaga nama organisasi kita dan agar beliau tidak kecewa!”
”Siap
kak Steven! Saya jamin tugas sudah beres!”
”Tolong
ingatkan juga teman-teman pengurus, nanti setelah kajian ada rapat harian!”
tambah kak Steven
”beres
kak,!!”
------------BERNAFAS
DULU SEBELUM BACA KELANJUTANNYA-------------
”Kak
Nathan, seandainya kakak disuruh memilih antara Aku dan perempuan lain, kakak
akan memilih siapa?” Dalam suasana hening dan tenang di rumahnya dia mengawali
pembicaraan yang lebih mendalam sejak ngobrol sedari tadi sebenarnya inilah
pembicaraan yang lebih dewasa, sebelumnya aku memohon pada Bapak Suryo untuk
mengizinkan Heni ikut intermediate training dan beliau telah
memberi wejengan kepadaku untuk menjaga putri satu-satunya itu
ketika mengikuti intermediate training di Bali nanti, jangan
sampai dia merasa sedih kembali seperti dulu. Tapi tidak disuruhpun aku akan
tetap menjaga dia.
“Maksudnya
apasih?” aku berlaga’ bego
“ya
udah kalau nggak mau jawab?” Heni tampak kesal dan pasrah.
”Aku
akan memilih perempuan itu” jawabku
”Jadi
kakak tidak memilih aku??”
”Kamulah
perempuan itu!”,
”ha...haaa.....,
kamu kena!” olokku padanya
”Maaf
Hen! Aku gak bisa memberimu hadiah, dihari dimana muda-mudi lainnya memberi
atau menerima hadiah coklat, bunga atau bros kepada temannya.”
”Gak
apa-apa Kak aku juga nggak terlalu terlarut dengan kebiasaan seperti ini”
”jadi
kamu bukan Valentiner??”
”apa
itu Valintener??”
”para
penganut paham hari valentine mania!”
”ah
ada-ada saja kakak membuat istilah!”
”gimana
Heni sudah mempersiapkan diri dan presentasi makalah untuk di Bali besok?”
”sudah
beres tinggal take off saja!”
Tanggal
20 Februari nanti aku dan Heni memakai pesawat terbang, rencananya berawal dari
bandara Juanda Surabaya. Karena kondisi kesehatan Heni yang tidak memungkinkan
membuat pengurus dan anggota lain sadar dan menerima keputusan ini, bahkan
mereka tampak mendorong untuk mengikuti pelatihan itu karena terlihat bahwa
Heni begitu termotivasi untuk mengikutinya.
“Selain
mempersiapkan pakaian, peralatan mandi dan lainnya, kamu juga harus menyiapkan
baik-baik kualitas makalah!” cetus kak Fahad kepadaku saat aku menata rapi baju
yang akan kuletakkan di lemari.
“selain
itu Nathan! Persiapkan dirimu saat screening nanti!” Kak
Steven juga ikut rembuk memberi pesan padaku.
“dan
ingat! Heni harus pulang dengan utuh!”
“emangnya
kamu orang tua Heni??” jawabku kepada Roni yang sok ikut seperti orang tua yang
memberi pesan pada anaknya.
Saat
kau pergi
Tinggalkan
diriku............
Handphoneku
menyanyikan lagu kesukaanku, tanda ada yang menelepon.
”selamat
malam kak Nathan!”
”Good
Night, nice girl!”
“wih
kakak sok pake bahasa Barat, tapi oke juga kok!”
“Namanya
juga aktivis organisasi mahasiswa terbesar di Bangsa ini, gengsi dong walau
sedikit-sedikit saja tidak bisa bahasa internasional” jawabku padanya.
“Tapi? Saya
rasa bahasa Indonesia harus kita lebih cintai!”
“Tapi
bukan berarti kita tidak boleh belajar bahasa asing bukan? Ngomong-ngomong ada
apa pake’ telpon kakak?”
”mau
ngucapin selamat malam!”
”selamat
malem aja??”
”Iya....”Jawab
Meta dengan nada datar
”ada-ada
saja kamu Met-Met!! Selamat malam kembali!”
Kutuliskan
seperti biasa di dalam buku yang selalu menemaniku di perkukuliahan, acara
organisasi, bahkan bukuku ini juga berisi tanda tangan Wali Kota Kediri saat
aku wawancara pribadi dengan beliau setelah acara organisasi.
Kaulah
Putri Sekartajiku.
Hari-hari
ini entah apa yang ada dalam hidupku, seakan aku telah berubah! Darah ini
terasa panas dan mengalir deras ketika aku mengingat dirinya, tapi sepertinya
aku bisa mendapatkan cintamu wahai putriku.
Terimalah
Pinanganku
Engkau
embun putih
Menyelimuti
luka hatiku
Menyembuhkan
jiwaku
Menemani
sepiku
Aku
akan menjadi milikmu
Aku
tak peduli
Walau
kau akan mati besok atau lusa
Aku
tetap ingin menjadi kekasihmu
Tunggu
aku
Akan
ku pinang kau...
Dengan
segenap perasaanku
Dan
harapan tuk mendapatkan kasihmu
Pujangga
Kesepian,
Graha
Insan Cendikiawan (GIC), 14 Februari 2008
EPISODE 3
Bandara
Juanda. Surabaya, 19 Februari 2008
Aku
melihat jam tangan hitam di tanganku. Sambil menunggu Heni yang lagi ke Toilet.
”Lama
banget nih anak! Makan apa dia tadi??” aku menggumam sendirian sambil duduk
di waiting room. Dan kemudian meneruskan kebiasaan ngelamunku, tapi
aku rasa ngelamun itu bisa menjadi inspirasi untuk karya-karya yang telah aku
lahirkan selama ini.
”Jonathan
Franklin???”
”Maaf,
anda siapa??”
”Masak
kamu tidak ingat dengan aku??”
Aku
mencoba mengingat-ingat wajah orang yang telah membuyarkan lamunanku.
”aduh,
masih lupa aku!! Siapa ya??”
”Ketut
Ni Wulan Rai!”
”kamu
Re???”
”iya
aku Re”
”Re
yang saat SD dulu selalu dijaili cowok-cowok???” aku masih tidak percaya bahwa
di depanku ini adalah Re teman saat aku masih kecil.
”iya!!!”
”kamu
sekarang kuliah di Mana?” tanyaku untuk basa-basi
”Di
Surabaya, ambil Informatika, aku akan pulang ke Bali dalam waktu satu minggu
kedepan, untuk mempersiapkan Perayaan Nyepi!”
Re
adalah teman masa kecilku, dia selalu jadi korban kejailan teman-teman kelasku,
dan sering kali aku membantu Re kalau dia sudah menunjukan muka melasnya. Tapi
saat kelas 4 SD ia pindah sekolah karena keluarganya pulang ke tempat
kelahirannya di Bali. Karena Bapaknya dipindah tugaskan ke Bali setelah
menjabat sebagai Kapolresta Kediri selama lima tahun. Akhirnya Heni yang
kutunggu-tunggu sejak tadi datang juga dengan wajah yang pucat, aku takut
sakitnya kambuh lagi.
”kamu
gak apa-apa Hen?”
”gak
apa-apa Kak, jangan khawatir jika terjadi apa-apa, aku akan memberitahu kakak!”
”Perkenalkan
ini Re, teman saat aku masih kecil”
”saya
Heni! Teman Kak Nathan” Heni memperkenalkan diri
”Nyi
Ketut Wulan Rai, salam kenal!”
”Kalian
mau kemana?” Rei bertanya basa basi
”mau
ke Bali”
”Kebetulan
bangets, jadi kita satu pesawat!”
Bandara
ini semakin ramai dengan penumpang, pengantar dan penjemput semakin berjejal. Rasanya ingin cepat masuk pesawat dan segera take off meninggalkan
pulau Jawa. Heni tertidur di sampingku dan Re sibuk dengan Laptopnya
mengotak-atik tampilan templatte. Semua ini gara-gara menunggu
pesawat yang ngambek lagi ’mogok’ gak mau mengantarkan kami ke Bali.
Walaupun aku memaklumi kondisi negeri ini, tapi masih ada rasa kesal terhadap
layanan transportasi di negeri ini yang menyiksa penumpang, dengan alasan Mohon
maaf ada kesalah teknis atau kesalahan prosedur. Heni terlihat lelah
setelah berjalan selama dua jam setengah menggunakan bus ber AC. Setelah dua
jam berlalu akhirnya pesawat sudah tidakrewel, kami pun berangkat
menuju pesawat lewat lorong. Sangat kebetulan banget posisi duduk kita satu
lokasi di dalam burung besi ini, Heni berada di tengah-tengah aku dan Rai.
--------------------
Selamat
sore! Perhatian, penumpang dimohon untuk tetap memasang sabuk keselamatan. Kami akan memandu anda ketika dalam situasi darurat. Pesawat akan segera tiba di bandara Ngurah Rai. Terima
kasih!
Sudah 20 menit lebih kami memakai sabu tapi pesawat tak landing juga. Perasaan khawatir dan panik mulai terlihat di mulut dan wajah penumpang. Pramugari saat ditanya oleh penumpang paling depan hanya mencoba menenangkan keadaan. Padahal pramugarinya sendiri nampak sedang berjuang menata mimik muka supaya tetap terlihat tenang.
Akhirnya pesawat menurunkan kepalanya. Aku menyempatkan diri untuk mengintip jendela. Terlihat Pantai Kuta yang begitu indah dan eksotik. Menakjubkan!!
”Akhhhhhhhhh!
Ahkhhhhh” serentah seluruh penumpang menjerit histeris. ”mati lampu!” celetuk
salah satu penumpang karena latahnya. Tiba-tiba suasana mencekam, panik,
menakutkan, dan histeris muncul tak tertahan. Aksi ’goyangan’ pesawat menghentakkan
seluruh penumpang tak henti-hentinya. Pesawat ini mendarat dengan ’kasar’. Percikan api terlihat olehku di sayap sebelah kiri. Akhirya pesawat ini
berhenti bergerak.
Banyak penumpang yang pingsan termasuk Heni. Re terlihat
begitu Shock. Sebagai seorang perempuan ia mencoba untuk tampak kuat. Aku
cepat-cepat menggotong tubuh lemas Heni keluar. Pramugari yang walaupun mukanya
lebam dan berdarah masih menyempatkan diri untuk mengarahkan penumpang menuju
pintu emenrgency.
Re nampak menggandeng perempuan bule tua. Memapahnya keluar segera. Ia dan bule itu tertinggal jauh di dalam pesawat.
Aku masih membopong Heni dan membawa dia jauh-jauh dari pesawat.
Sirine ambulan
dan pemadam kebakaran bandara cepat-cepat datang menyiram pesawat yang semakin
membara kobaran apinya. Heni ku pasrahkan pada petugas kesehatan dan kuletakkan
dia di dalam ambulans.
Aku menyusul Re dan wanita tua tadi. Tuhan semoga tidak
terlambat! Aku lari dengan kencang tak menghiraukan jika sewaktu-waktu pesawat
itu akan meledak.
“Re!
kamu lari duluan, biar nyonya ini aku gotong! cepat lari!” teriaku kepada Re.
“hati-hati
Frank! Aku menunggumu di luar!” (Nama lengkapku Jonathan Franklin. Re kadang memanggil ku Frank)
“Nyonya
bersiap-siaplah!”
Wanita
tua itu terlihat lemas karena menghirup asap hitam.
“Alicia!! Di
mana Alicia??? Tuhan selamatkan dia!!” wanita yang ku gotong ini seperti
mengigau memanggil-manggil nama seseorang. Akhirnya lari kerasku sampai juga
pada petugas kesehatan.
”Nak,
tolong selamatkan cucuku Alicia, dia masih di dalam pesawat, tolong nak!! Dia
berada di tempat duduk belakang sebelah kiri!” Tanpa pikir panjang lagi aku
lari kembali kepesawat. Asap semakin hitam mengepul. Petugas kesehatan
mengikuti langkahku. Membuat aku semakin memantapkan untuk berlari terus.
Aku
berinisiatif menyobek lengan baju yang ku pakai dan kubasahi dengan air dari
pemadam kebakaran. Dan kembali masuk ke tubuh pesawat dengan mulut dan hidung
kubekap dengan kain basah. Akhirnya ku temukan dia. Langsung kugotong Alicia. Untuk yang ketiga kalinya ini aku menggotong tubuh manusia. Membuatku lelah dan
lemas.
Aku khawatir tidak bisa mewujudkan keinginan wanita tua itu, agar
cucunya terselamatkan. Ahkirnya walaupun tampak tergopoh-gopoh sampai juga pada
ambulans tempat di mana wanita tua itu kuletakkan.
”Heni,
Heni dimana???”
Tak
beberapa lama, Terderang suara letusan hebat berasal dari pesawat. ”Dom!!!
Blarrrr!!” dunia kurasa semakin gelap dan kepalaku pusing. Ledakan itu
adalah suara paling akhir kudengar selama pesawat landing.
”Anda
sudah bangun tuan? Syukurlah! Puji Tuhan anda selamat”
”aku
dimana ini? Heni, Heni dimana?”
”Siapa
Heni??”
”Temanku,
dia adalah temanku”
”Jangan
kuatir semua korban di rawat di rumah sakit ini.....”
aku
membuka selimut dan bangun dari tempat tidur.
”Tuan
jangan bangun dulu! Tuan harus istirahat”
”Aku
akan pergi mencari Heni!” aku berjalan terburu-buru menyusuri lorong-lorong
rumah sakit. Ku teliti satu persatu seluruh pasien untuk menemukan Heni, terasa
ngeri olehku melihat darah yang membasahi tubuh korban tragedi Ngurah Rai.
Terlihat di pikiranku bahwa yang menjadi korban luka-luka dan meninggal dunia
banyak sekali. Aku beruntung tidak terluka parah, hanya luka kecil dan pingsan
karena kelelahan dan kekurangan oksigen saja.
”Heni! (sapaku
bahagia) syukurlah kamu tidak apa-apa!”
”Kak
Nathan!! (dengan wajah tak menduga)” Heni menitihkan air mata. Aku tidak tahu
air mata itu adalah air mata ketakutan, kesedihan, kebahagian atau harapan??
----------------------Tarik
nafas dulu yang dalam--------------------
Waktu
menunjukkan pukul 20.00 WITA aku terus mendampingi Heni di tempat tidurnya. Memastikan dirinya tidak akan terjadi apa-apa. Dan aku memutar lagu dari band
favoritku. Untuk menghibur diriku yang lagi kelelahan dan shock. Heni begitu
nampak menikmati lagu yang kuputar terebut...
Jantungpun
berdetak saat kau ada di dekatku........
”tuut-tuut
tuut-tuut”.
HP-ku
berbunyi, kak Steven menelphonku.
”Nathan,
kamu tidak apa-apa?”
”gak
apa-apa kak, begitu juga dengan Heni tidak terjadi kegawatan, dia masih
tertidur!”
”syukurlah,
Breaking News di TV membuat kami semua kaget, dan kamu ter-shot kamera
TV sedang tidak sadarkan diri!”
”kak
soal Intermediate Training kalau bisa jangan di batalkan,
sudah kepalang kami di Bali dan ini adalah impianku untuk mengikuti pelatihan
di Luar Jawa”
”Kalau
itu semua memungkinkan, up to you! Kakak akan memberikan surat
rekomendasi kepada cabang untuk mengirimkan faximile yang
berisi foto dan infomasi kedatangan kalian berdua di Bali. Agar panitia tahu
bahwa kalian menjadi korban kecelakaan pesawat”
”Makasih
Kak, Tolong doakan kami sukses di sini!”
”Siapa
kak yang telphon??” sambil berposisi berbaring lemas Heni mencoba mengajakku
bicara.
”Kak
Steven!”
”Gimana
apakah kita diperbolehkan untuk melanjutkan pelatihan ini??”
”Kak
Steven menyerahkan kepada kita”
”Mending
kita lanjutin aja kak, aku sudah ber-angan-angan sejak dulu untuk
mengikuti intermediate training.”
”aku
sudah menduga itu yang kamu pikirkan Hen!” Heni tersenyum gembira ketika
aku mengisyaratkan tanda sepakat dengan pendapatnya.
”Telphonmu
berbunyi, biar aku saja yang angkat!” aku mengambil HP milik Heni.
”Heni,
gimana kabar kamu, Ayah khawatir di Sini!”
”Maaf Bapak Suryo ini bukan Heni, tapi Jonathan. Syukur Heni tidak apa-apa, dia masih
istirahat.”
Setelah
bertelepon cukup lama dengan Bapak Suryo dan Keluargaku di Kediri aku akhirnya
terlelap di samping Heni. Melupakan tragedi Ngurah Rai yang menjadi bagian
sejarah kehidupanku.
Bali,
20 Pebruari 2008
Aku
membeli koran pada pedagang Asongan di Depan rumah sakit. Setelah itu aku masuk
kembali kerumah sakit dan menemani Heni di dalam kamar perawatan. Di dalam
Surat kabar aku melihat fotoku sedang membopong tubuh Alicia saat ia pingsa. Koran Lokal itu bernama Bali News. Headline berita Hari ini adalah tentang
Tragedi Ngurah Rai. Koran nasional juga ikut meliput berita tentang kecelakaan
Ngurah Rai. Judulnya Tragedi Ngurah Rai: Putri Duta Besar
Australia Menjadi Penumpang Pesawat Naas. Isinya menjelaskan bahwa salah satu
penumpang pesawat naas itu adalah putri Duta Besar Australia. Menerangkan juga
bahwa ia masih selamat berserta dengan neneknya.
”maaf
apakah anda Saudara Jonathan?”
”iya!”
aku terus memandangi dua orang misterius yang begitu tampak rapi dengan jas
hitam, dasi dan kaca mata hitam cocok dengan rambut pirang yang mereka miliki..
”saya
Mr. Donald, petugas khusus dari Australia untuk menjemput putri duta besar!”
”What
can i do for you?”
“tidak
ada yang perlu anda bantu, kami hanya mengucapkan terima kasih karena anda
telah menyelamatkan warga negara kami dari kecelakaan itu.”
“you are welcome! Itu adalah kewajiban saya sebagai lelaki!”
Singkat
saja aku berbicara dengan dua orang bule yang misterius itu. Tak lama kemudian
dua orang pemuda lain yang memakai jaket berlambangkan organisasi mahasiswa langsung menengahi pembicaraan kami. Kemudian memperkenalkan diri,. Karuan saja dua
bule itu langsung pergi dan pamit pada kami bertiga.
“saya
Roy! Dan ini Edi kami adalah seksi Humas panitia Intermediate Training”
“Saya
Jonathan, terima kasih kalian telah datang menjemput kami”
“kami
sudah tahu tentang kalian berdua, dan teman yang satunya lagi dimana?”
“dia
masih istirahat di kamar” tanganku sambil menunjuk sebuah kamar yang berada
disebelah kanan kami.
“apakah
kita bisa berangkat sekarang Jonathan?”
”Terserah
kalian! Saya dan Heni sudah kemas-kemas barang sejak tadi”
”oke
kalau begitu tinggal di masukkan mobil saja, biar kami yang akan memasukkan
barang-barang kalian ke dalam mobil”
”terima
kasih, sekali lagi terima kasih kami ucapkan”
Aku
dan Heni menuju ke halaman rumah sakit. Menghampiri mobil sedan yang siap
menghantarkan kami ke lokasi pelatihan. Setiba di Halaman aku membuka pintu
mobil itu. Heni dan aku berada di belakang sedangkan Edi menjadi driver dan
Roy di sampingnya.
”Gimana
perkembangan organisasi kita di Cabang Denpasar?”
”Di
sini banyak sekali tantangan-tantangan yang dihadapi. Tidak hanya masalah
intelektual, akan tetapi tantangan fisik dan sebuah tantangan berbedaan agama
yang terjadi antara kita dengan mereka. Kalau menurut kamu gimana tentang adanya tantangan perbedaan agama?” Roy bertanya kepadaku.
”agama
itu adalah hal yang prinsip sekaligus sebagai identitas Indonesia. Tanpa agama bangsa ini tidak akan menjadi Indonesia. Oleh karena itu sebagai
bangsa majemuk, untuk menyikapi perbedaan itu kita hanya bisa memakai hati dan
rasa kemanusian. Bukan berdasarkan ego keberagamaan
kita. Namun demikian, simbol agama harus tetap kita munculkan. Kita bukan Amerika, di sana Agama sangat tabu jika dijadikan
perbincangan di meja makan. Sebab, kedudukan agama di sana sudah dilepaskan dari realitas kehidupan sehari-hari.” Aku menjawab sekenanya. Maklum lagi tidak mood dan masih khawatir dengan keadaan Heni.
Memang aku akui basa-basi yang kami lakukan di dalam mobil saat perjalanan masih tergolong garing. Tidak bisa menghapuskan trauma saya yang begitu mendalam. Agar perjalan cepat selesai kami pun tetap berusaha terus mengobrol. Supaya Heni tidak mati gaya, karena dia perempuan sendiri di dalam mobil.
Akhirnya
tiba juga kami di lokasi pelatihan tempat di mana aku dan teman-teman
seorganisasi mengkader diri. Aku dan heni membawa nama organisasi Kediri, jika
di sini aku tidak ’menampakan’ diri dan menjaga eksistensiku bisa-bisa seluruh
teman-teman di Kediri bisa tercoreng. Bagaimanapun organisasiku mengajarkan kepada anggotanya untuk menjadi seorang
pemimpin. Oleh sebab itu dalam kondisi apapun aku harus siap menjaga diri dan keadaan.
SELESAI.
|
Menantu Ideal adalah Aktivis Mahasiswa (sumber gambar fiojaklyn) |
Jadi generasi muda harus berguna bagi Nusa dan Bangsa. Sekolah/kuliah jangan asyik pacaran. Jatuh cinta bolehlah. Tapi harus tetap jadi siswa/mahasiswa teladan. Seperti kisah nyata mahasiswa berikut ini yang bernama Jonathan. Cinta tak membuatnya lupa daratan. Malah menjadi penyemangat berbuat hal bermanfaat. Jatuh cinta itu tak dilarang. Namun jangan jadikan cinta sebagai alasan bermaksiat.