BUKU-BUKU
KARYA A. RIFQI AMIN TERBEBAS DARI KEJAHATAN ILMIAH (UTAMANYA PLAGIASI)!!!
Judul :
Sistem Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum
Penerbit :
Deepublish
Tahun
Terbit :
Maret, 2014 (cetakan pertama)
ISBN :
978-602-280-225-9
Ukuran :
15,5 x 23cm, 161+xvi Hlm
Desain
Cover: Herlambang Rahmadhani
Penata
Letak : Ika Fatria Iriyanti
Harga :
Rp. 111.900,-
Kata
Kunci :
Sistem Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, dan Perguruan Tinggi Umum
Peresensi : Tim Banjir Embun
Pemesanan : Hubungi penulisnya A. Rifqi Amin di 08563 350 350 (11 digit) atau langsung mengubungi penerbit di website ini: Deepublish
Melihat
gambar sampul buku ini disertai membaca judulnya maka dimungkinkan buku ini
terkesan dogmatis, kaku, terkait dengan materi peribadahan saja, dan minim
pengembangan ilmu pengetahuan. Dugaan tersebut sangat salah besar, bantahan
tersebut bukan tanpa alasan.
Sebaliknya buku ini telah merevolusi konsep
pengembangan PAI (Pendidikan Agama Islam) yang masih jalan di tempat (mandek),
sehingga menyebabkan minim lahirnya ilmuwan, pejabat, tokoh masyarakat,
pendakwah, dan kaum profesional lainnya yang perilakunya benar-benar
dilandaskan pada nilai-nilai agama Islam.
Kelalaian gagasan tentang
pengembangan PAI selama ini adalah belum membangunkan semangat dan motivasi
generasi Islam untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan kata lain selama
ini PAI masih terlalu sibuk untuk mengurusi bidang keakhiratan dengan melepas
urusan keduniaan.
Inilah yang menjadi horor bagi kaum pragmatisme dan
kapitalisme baik secara makro maupun mikro dan secara individu maupun kultur
sosial. Lebih mengerikan lagi PAI dianggap hanya bisa menidurkan dan
menenangkan hati masyarakat pada kenikmatan batin yang semu di tengah-tengah
kemelaratan dan kekacauan sosial.
Serta tentunya pada beberapa kasus kenikmatan
tersebut tak akan bertahan lama sehingga pada akhirnya manusia akan menempuh
jalan pintas, menghalalkan segala cara, dan melanggar nilai-nilai keislaman
yang ada pada PAI itu sendiri.
Pendidikan
Agama Islam selama ini masih diidentikkan dengan sesuatu yang horor, sebuah
permasalahan yang tak menarik untuk didiskusikan, dan menjadi beban bagi yang
mempelajarinya. Ditambah lagi apabila materi, tujuan, strategi, dan evaluasi
yang digunakan dalam pembelajaran PAI tidak jelas, tidak tepat sasaran, tidak
bisa diterapkan, dan tidak membawa manfaat secara langsung bagi masyarakat.
Inilah penderitaan yang terjadi pada sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Oleh karena itu diperlukan formula atau cara baru agar bagaimana kajian tentang
agama Islam yang tercakup dalam PAI bisa bernilai fungsi bagi masyarakat.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam buku ini tentang pengembangan PAI pada Perguruan
Tinggi Umum (PTU) yang bisa mengemban nilai manfaat dan berfungsi secara
langsung bagi masyarakat. Dengan kata lain, buku ini berusaha
mentransformasikan sebuah ide baru dan segar tentang bagaimana agar mata kuliah
PAI bisa dijalankan dengan sebuah konsep “universalisme” sebagaimana sifat
keuniversalan agama Islam itu sendiri.
Dalam
buku ini secara tersirat penulis membuat konsep dan memotivasi kepada mahasiswa
sebagai calon ilmuwan dan profesional di bidangnya untuk senantiasi mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Banyak jalan yang ditempuh untuk mendekatkan diri
kepada-Nya, tentu salah satunya adalah melalui jalan ilmu (sains).
Dengan
bertafakur (berfikir, meneliti, dan mengembangkan) maka diusahakan manusia bisa
menemukan keagungan Tuhannya. Oleh karena itu, sebagai cara untuk menemukan hal
tersebut maka buku ini secara tidak langsung menyarankan agar mahasiswa Islam menggunakan
metode pemahaman terhadap ayat kauliyah
(wahyu/al Quran) dan kauniyah
(tanda-tanda pada alam) dengan titik tekan yang berimbang.
Bagaimanapun juga
akal manusia itu terbatas dalam memahami ayat kauniyah (alam semesta beserta isinya) oleh karena itu diperlukan
ayat kauliyah (wahyu) untuk
memantapkan hati manusia. Serta kemampuan maupun presepsi manusia tidaklah sama
satu sama lain dalam memahami ayat kauliyah,
oleh karena itu dibutuhkan ayat kauniyah
yang “empiris” sebagai sarana manusia untuk mendekatkan diri pada-Nya.
Dengan
kata lain penulis sebenarnya ingin mengajak untuk menjalin Ukhuwah Islamiyah (kerukunan antar umat Islam) yang didasarkan pada
satu tujuan. Tidak lain adalah agar bagaimana semua golongan, organisasi, dan
kelompok umat islam (yang satu sama lain presepsi tentang pemahaman wahyu
berbeda) bisa bersatu dan rukun dalam bingkai pengembangan IPTEK (penyamaan
presepsi tentang pemahaman ayat kauniyah).
Sedang
untuk Dosen PAI, buku ini secara tidak langsung menyarankan beberapa hal secara
teknis maupun konsep tentang bagaimana agar dari proses mata kuliah PAI bisa
dilahirkan sosok mahasiswa Islam yang bisa menjadi manusia paripurna (insan kamil).
Sosok yang sempurna pada
urusan dan bidang keduniaan serta sempurna pada urusan akhirat secara imbang
dan saling mendukung satu sama lain. Dalam pembahasannya secara teknis dalam
buku ini dijelaskan bahwa untuk melahirkan sosok mahasiswa Islam yang paripurna
(lengkap/komplit) tersebut dibutuhkan materi, tujuan, strategi, dan evaluasi
mata kuliah PAI yang humanis
(memanusiakan manusia).
Di mana penjelasan tersebut diuraikan secara mendalam
walupun tidak terlalu komperhensif. Selain itu dari segi kritikan terhadap
pembelajaran PAI pada PTU penulis tidak hanya “menghajar” Dosen PAI saja,
bahkan bisa dikatakan secara tidak langsung penulis memihak pada Dosen PAI.
Namun
juga mengkoreksi pihak-pihak yang ikut bertanggung jawab baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap kesuksesan sistem pembelajaran PAI. Salah
satunya yang dijadikan sorotan penulis adalah pihak pengelola kampus yang
dituding tidak serius dalam pengapresiasian dan pengembangan (peningkatan) kualitas Dosen PAI.
Dari
permasalahan tersebut maka seakan penulis menggambarkan sebuah konsep dan
teknis yang canggih dalam mengembangan sistem pembelajaran PAI pada Perguruan
Tinggi Umum (PTU). salah satu idenya adalah membentuk forum dosen PAI pada satu
lembaga PTU yang punya kekuatan, hak, dan kewajiban yang sama dengan forum
dosen mata kuliah lain.
Di mana secara konsep keilmuan forum ini bisa
terintegrasi dengan kosep ilmu dari Dosen mata kuliah lain. Penulis juga
menjelaskan secara detail bagaimana tugas, fungsi, kedudukan, dan mekanisme dari pemanfaatan terhadap forum
Dosen PAI itu.
Digambarkan dari forum tersebut tidak hanya sebagai ajang
kumpul, temu kangen, dan ajang formalitas belaka. Namun punya fungsi teknis dan
tugas nyata untuk pengembangan PAI pada perguruan tinggi umum. Inilah harapan
besar yang digambarkan oleh penulis bahwa persatuan dan kerukunan Dosen PAI
dalam mengembangkan PAI sangat diperlukan.
Buku ini
cocok digunakan oleh para mahasiswa, dosen, ilmuwan, dan para peneliti yang
sedang fokus dalam pengkajian tentang bagaimana konsep ideal pengembangan PAI
pada Perguruan Tinggi Umum. Sebab konsep PAI di jenjang pendidikan tinggi (PTU)
dengan konsep di jenjang pendidikan menengah (SMP dan SMA) maupun jenjang
pendidikan dasar (SD) sangat berbeda.
Bahkan untuk konsep PAI antara jenis
pendidikan umum dengan jenis pendidikan keagamaan misal Perguruan Tinggi Agama
Islam (PTAI) juga perlu dibedakan. Walaupun demikian semangat serta tujuannya
harus sama dan setara yaitu sama-sama melahirkan generasi unggul dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dilandaskan pada nilai-nilai agama Islam.
Namun
masih minim ditemukan literatur (referensi) tentang konsep pengembangan PAI
pada PTU yang terbaru (terkini) dan sesuai dengan kebutuhan zaman sekarang di
temui di perpustakan, toko buku, dan media massa. Dengan kata lain, buku yang
fokus dalam pembahasan tentang konsep ideal PAI pada PTU secara holistik masih
sedikit, yang banyak beredar adalah buku tentang kritikan dan konsep yang
melangit (normatif) pada PAI di mana tidak membawa nilai manfaat secara
langsung bagi masyarakat luas.
Kelebihan
buku ini adalah konsep dan cara penerapannya dijelaskan dengan sistematis dan
mudah untuk dipahami serta terdapat ide-ide penerapan yang banyak luput dari
kalangan akademisi. Selain itu buku ini dijelaskan dengan tidak berbelit-belit,
tidak boros kata, dan digunakan kalimat yang sederhana serta efektif.
Dengan
demikian sebenarnya buku ini sangat cocok dibaca oleh siapapun, bahkan oleh
kalangan non akademisi sekalipun. Kelebihan lain adalah pembahasan tentang
“Sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam” dan seputar “Perguruan Tinggi
Umum” yang dibahas secara komplit dan detail. Contohnya ada sub bab yang
membahas secara mendalam tentang “Pengertian Perguruan Tinggi Umum” yang sulit
ditemukan pada buku lain.
Serta ada pembahasan-pembahasan lainnya yang bersifat
baru, walupun secara presentase jumlahnya tidak dominan, maka pembahasan
tersebut silakan Anda cari dan temukan sendiri dalam buku ini. Ciri khas (jika
dibandingkan dengan kebanyakan buku) lainnya dalam buku ini adalah dibahas
dengan gaya bahasa formal (walaupun tidak semuanya formal) dan ilmiah, terdapat
catatan kaki (footnote), terdapat
glosarium, indeks, dan daftar gambar serta tabel.
Sedang
kelemahan buku ini yaitu masih belum tuntasnya pembahasan secara holistik
(komperhensif) dari sebagaian sub-sub bab tertentu. Dengan kata lain apa yang
dibahas masih merupakan konsep umum yang perlu dikembangkan dan diperinci dalam
ranah praktik. Mungkin penulis menginginkan supaya ada penulis lain yang
mengisi dan melengkapi dari kekosongan atau kekurangan lengkapnya buku ini.
Serta bisa jadi karena buku ini adalah hasil konversi dari tesis yang
penelitiannya dilakukan pada akhir tahun 2012 hingga pertengahan tahun 2013
maka pembahasannya pun juga dibatasi sesuai dengan fokus permasalahan tesis
tersebut. Oleh karena itu, ini merupakan tugas dan tanggung jawab anda yang
mempunyai kapasitas dan kapabilatas dalam bidang pembengembangan PAI untuk
melengkapi dan mengisi kekurang lengkapan dari pembahasan buku ini.
Saran
lain bagi anda dalam mebaca buku ini adalah sebelum anda membaca isinya maka
hendaknya terlebih dahulu untuk membaca halaman “Kata Pengantar” secara
keseluruhan dengan pelan-pelan dan sabar. Setelah itu kemudian dilanjutkan
dengan membaca daftar isi dan mengekplorasi seperlunya isi buku (mencari poin
yang diperlukan secara kilat).
Kata pengantar biasanya diabaikan oleh para
pembaca, namun kadang kala dalam kata pengantar itulah pembaca akan bisa
mengenal dan memahami penulis, tentunya didukung dengan halaman “biodata
penulis” di akhir buku. Bukankah ada pepatah yang menjelaskan “Tak kenal maka
tak sayang.” Bagaimana Anda akan ‘menyayangi’ buku ini jika terlebih dahulu
Anda tidak mengenal penulisnya dan mengetahui maksud ditulisnya buku ini.
Hal
penting lain dalam “Kata Pengantar” adalah ada beberapa saran dan pernyataan
yang penting dari penulis, salah satunya memaparkan tentang bagaimana struktur
isi buku serta bagaimana kiat-kiat membaca buku ini secara efektif.
Dari
semua penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Buku ini hadir tidak hanya
sebagai bahan bacaan di waktu luang dan untuk pengisi longgarnya rak-rak
perpustakaan maupun toko buku. Melainkan dibuat guna menjadi bahan referensi
(rujukan) karya tulis yang berkaitan dengan “Sistem Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam” dan seputar “Perguruan Tinggi Umum.”
Dikatakan patut dijadikan
referensi karena buku ini diterbitkan oleh penerbit yang kompeten dan fokus
dibidang pendidikan. Serta buku ini ditulis oleh seorang yang fokus dalam
pengembangan PAI baik secara formal maupun dunia nyata di lapangan. Di mana
jenjang pendidikan penulis linier (S1 dan S2 fokus pada bidang Pendidikan Agama
Islam) dan buku ini hasil konversi dari Tesis terbaik dengan nilai Sempurna
(A+) dari 49 wisudawan. Oleh karena itu, sepatutnya anda membeli, memiliki,
membaca, dan menghayati isi buku ini sebagai inspirasi kehidupan anda di masa
depan... Selamat menikmati buku baru ini...